Hubungan persepsi terhadap toxic parent dengan resiliensi pada remaja
Daftar Isi:
- Daya tahan serta daya lentur (resiliensi) sangat diperlukan bagi remaja agar mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam hidupnya serta dapat meminimalisir adanya stress, depresi, serta perilaku menyimpang. Namun banyak remaja yang lebih memilih untuk melampiaskan permasalahan-permasalahan yang dialami dengan merokok, berkelahi, melakukan bully, pungli, dan perilaku- perilaku menyimpang lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku remaja, termasuk resiliensinya, adalah relasi dengan orangtua. Remaja membutuhkan kehadiran orang tua untuk membimbing, memberikan masukan, saran, serta menjadi tempat untuk berkeluh kesah. Namun, beberapa orang tua justru menunjukkan ciri-ciri toxic parent, yaitu menjadi verbal abuser, physical abuser, sexual abuser, ataupun controllers yang Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara persepsi terhadap toxic parent dengan resiliensi pada remaja. Partisipan dalam penelitian ini adalah 218 orang di Indonesia dengan rentang usia 18-21 tahun. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dengan metode penelitian statistik non-parametrik Kendall’s tau-b. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dari persepsi terhadap toxic parent dengan resiliensi pada remaja dengan nilai korelasi sebesar - 0,207 dengan p=0,000 (p<0,05). Semakin tinggi persepsi terhadap toxic parent, maka semakin rendah resiliensi yang dimiliki orang remaja. Sebaliknya, semakin rendah persepsi terhadap toxic parent, maka semakin tinggi resiliensi yang dimiliki oleh remaja. Sumbangan efektif dalam penelitian ini adalah sebesar 4,3% sehingga terdapat 95,7% resiliensi terbentuk karena faktor lain selain orang tua.