Representasi maskulinitas pada perempuan dalam film Indonesia bertema penyintas kekerasan seksual
Main Author: | Lauvandy, Filipus Enrico |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/32867/1/ABSTRAK.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/32867/2/BAB%201.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/32867/3/BAB%202.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/32867/4/BAB%203.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/32867/5/BAB%204.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/32867/6/BAB%205.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/32867/ |
Daftar Isi:
- Di tengah konstruksi yang berlangsung di masyarakat tentang perempuan sebagai makhluk yang indah dengan karakter lemah lembut, manja, dan situasi memburuknya berbagai tindak kekerasan seksual dengan memposisikan perempuan sebagai korban, Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak dan Penyalin Cahaya justru hadir dengan sebuah konstruksi tentang maskulinitas perempuan. Penelitian ini ingin mencari tahu bagaimana dua orang sutradara dengan latar belakang jenis kelamin berbeda, menggambarkan tokoh perempuan dalam film. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif, menggunakan metode analisis semiotika John Fiske. Penelitian berikut mengangkat aspek dominasi kuasa perempuan terhadap budaya patriarki dan stereotip perempuan sebagai tolok ukur dalam penulisan ini. Peneliti mendapati bahwa dari kedua sutradara, terdapat penggambaran yang sama pada suatu aspek, serta penggambaran yang kontras pada aspek lainnya. Maskulinitas perempuan dalam Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (karya sutradara perempuan) dan Film Penyalin Cahaya (karya sutradara laki-laki) direpresentasikan secara bertolak belakang, meskipun masih menghadirkan kemiripan akibat budaya patriarki mengenai peran gender. Film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (karya sutradara perempuan) dinilai masih terikat dengan budaya patriarki yang kental dalam masyarakat sehingga maskulinitas perempuan dalam film tidak terlihat begitu menonjol, sedangkan Film Penyalin Cahaya (karya sutradara laki-laki) dinilai mampu mengesampingkan objektifikasi perempuan dalam pandangan Male Gaze sehingga peran perempuan tampak lebih dominan.