Daftar Isi:
  • Feminisme terus dilakukan oleh para perempuan untuk mendapat keadilan dan kesetaraan, akibat patriarki yang selama ini mendominasi masyarakat. Seperti gerakan #MeToo di Korea Selatan tahun 2018. Feminisme itu direpresentasikan oleh media di Korea Selatan, terutama film, dan gerakan #MeToo mempengaruhi bagaimana film merepresentasikan feminisme. Menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitian deskriptif, dan metode semiotika Roland Barthes, penelitian ini akan melihat makna dari tanda yang ada pada film-film Korea Selatan sebelum dan sesudah gerakan #MeToo tahun 2018, berkaitan dengan representasi feminismenya. Hasil penelitian ini menemukan adanya pergeseran representasi feminisme dalam film-film Korea Selatan, sebelum dan sesudah #MeToo. Sebelum #MeToo, film dominan memunculkan gagasan menyangkut Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis-Sosialis. Sedangkan sesudah #MeToo, gagasan yang dominan muncul adalah menyangkut perjuangan Feminisme Radikal dan Ekofeminisme. Menunjukkan bahwa, baik sebelum dan sesudah #MeToo, feminisme juga masih terus diperjuangkan. Pergeseran representasi yang ada, menampilkan munculnya semakin banyak gagasan feminisme sesudah #MeToo. Oleh karena itu, makna yang muncul adalah adanya proses radikalisasi feminisme, dalam pergeseran representasi tersebut. Feminisme tergambarkan sebagai gerakan yang semakin menguat, di mana gagasan yang diperjuangkan juga semakin beragam dan mengalami perkembangan.