Daftar Isi:
  • Keterbatasan fisik yang dimiliki, para penyandang disabilitas fisik dihadapkan pada banyak tantangan dan kesulitan. Terutama pada perempuan yang selalu dianggap lebih lemah dan rendah dari laki-laki karena budaya yang ada di masyarakat. Sebagian besar dari penyandang disabilitas mampu hidup dengan produktif, bekerja dan bahkan sukses di bidangnya masing-masing. Penyandang disabilitas membutuhkan Psychological Well-Being yang tinggi, untuk bisa mengembangkan diri secara maksimal. Psychological Well-Being menurut Ryff (1989) adalah suatu kondisi di mana seseorang dapat berfungsi seutuhnya. Penelitian ini dilakukan untuk bisa mengkaji gambaran Psychological Well-Being pada penyandang disabilitas perempuan yang bekerja. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif fenomenologi dan dengan menggunakan teknik pengambilan data wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua informan penelitian yang berada dalam rentang usia dewasa awal (20-40 tahun). Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik tematik induktif dengan melakukan validitas komunikatif dan argumentatif di akhir. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua informan penelitian menunjukkan tujuh aspek Psychological Well-Being yaitu evaluasi positif terhadap diri sendiri, mampu menjalin relasi yang positif dengan orang yang terlibat dalam hidupnya, kemandirian yang matang, paham dengan tujuan hidup dalam berkarir, usaha untuk mengembangkan diri, usaha untuk mengendalikan dan mengarahkan diri, dan religiusitas. Selain itu, terdapat dua faktor pendukung yaitu motivasi internal dan dukungan sosial.