Penggambaran relasi kuasa dalam tindakan bullying dan cyberbully pada film "#RealityHigh"
Main Author: | Sudarwati, Elita Gusniar |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/27687/13/ABSTRAK.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/27687/2/BAB%201.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/27687/3/BAB%202.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/27687/4/BAB%203.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/27687/5/BAB%204.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/27687/6/BAB%205.pdf http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/27687/ |
Daftar Isi:
- Setiap tahun jumlah kasus bullying dan cyberbully di Amerika Serikat mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak terlepas karena adanya ketimpangan kekuasan dan kekuatan antar individunya. Ketimpangan itu terlihat dari perbedaan status sosial seseorang yang kemudian melahirkan relasi kuasa dalam lingkungan sosial remaja. Di mana seseorang atau sekelompok orang yang memiliki status sosial tinggi akan melakukan segala sesuatu yang diinginkannya, baik itu tindakan positif atau negatif kepada orang yang dianggap lebih rendah darinya. Hal ini tergambar dengan jelas pada media terutama film. Penelitian ini menggunakan metode semiotika milik Charles Sanders Pierce dengan tabel ikon, indeks, dan simbol, serta tabel trikotomi dalam melakukan analisis. Sedangkan, jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif guna membantu memudahkan peneliti dalam menguraikan penjelasan bagaimana penggambaran relasi kuasa dalam tindakan bullying dan cyberbullying dalam film #RealityHigh. Dari penelitian ini ditemukan bahwa relasi kuasa merupakan alat untuk melanggengkan tindakan bullying dan cyberbully. Relasi kuasa tersebut digambarkan mampu menciptakan suatu pandangan atau kebenaran sendiri. Salah satunya adalah pandangan bahwa kata “pelacur” pantas digunakan sebagai julukan untuk perempuan yang masih duduk dibangku sekolah, namun memiliki pekerjaan sampingan. Tidak hanya itu, relasi kuasa juga mampu menciptakan standar ‘ideal’ mengenai bagaimana seseorang harus berpenampilan. Dengan didukung perkembangan pada dunia fashion yang semakin besar dan pesat.