Studi literatur efektivitas dan efek samping kombinasi terapi tamsulosin dan tolterodin pada pasien Benign Prostate Hyperplasia
Daftar Isi:
- Benign Prostate Hyperplasia (BPH) didefinisikan sebagai proliferasi dari sel stroma pada prostat, yang dapat menyebabkan pembesaran pada kelenjar tersebut. Benign Prostate Hyperplasia adalah salah satu penyakit yang paling umum pada pria lanjut usia. Pada Tahun 2017 di Indonesia BPH merupakan penyakit terbanyak urutan kedua. Dan bila dilihat secara umum, diperkirakan hampir 50% pria di Indonesia yang berusia 50 sampai dengan 65 tahun ditemukan menderita penyakit BPH. Tamsulosin dan tolterodin merupakan obat dari golongan α-bloker dan antagonis reseptor muskarinik. Terapi kombinasi ini dapat mengurangi frekuensi berkemih, nokturia, urgensi, episode inkontinensia, skor IPSS dan memperbaiki kualitas hidup dibandingkan dengan hanya menggunakan α1-blockers atau plasebo saja. Kajian literatur ini bertujuan untuk memaparkan bukti ilmiah terkini terkait efektivitas dan efek samping kombinasi terapi tamsulosin dan tolterodin pada pasien BPH. Proses penelusuran artikel dalam kajian pustaka ini dilakukan pada search engine PubMed dan google scholar dengan kombinasi kata kunci effectiveness and adverse effect of combination therapy tamsulosin and tolterodine, Benign Prostat Hyperplasia (BPH, tamsulosin and tolterodine combination therapy dan didapatkan 5 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil kajian ini menunjukan bahwa kombinasi terapi tamsulosin (1x 0,2-0,4 mg) po dan tolterodin (1x 2-4 mg) po telah terbukti efektif ditunjukkan dengan penurunan pada skor IPSS dan peningkatan kualitas hidup. Efek samping yang paling banyak dilaporkan pada penggunaan terapi kombinasi adalah mulut kering, sakit kepala atau pusing, dan retensi urin.