Penggambaran tubuh perempuan dalam video klip "Tubuhku Otoritasku" Tika & The dissidents
Main Author: | Yohana, Maria Theresia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.wima.ac.id/22364/1/Abstrak.pdf http://repository.wima.ac.id/22364/2/BAB%20I.pdf http://repository.wima.ac.id/22364/3/BAB%20II.pdf http://repository.wima.ac.id/22364/4/BAB%20III.pdf http://repository.wima.ac.id/22364/5/BAB%20IV.pdf http://repository.wima.ac.id/22364/6/BAB%20V.pdf http://repository.wima.ac.id/22364/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini ingin mengungkap bagaimana penggambaran tubuh perempuan yang ada dalam video klip “Tubuhku Otoritasku” dari sebuah grup musik Tika & The Dissidents. Di zaman sekarang masih banyak media massa seperti iklan, film, hingga video klip yang mengkonstruksikan bahwa perempuan ideal adalah perempuan dengan badan yang tinggi, kurus langsing, berkulit putih dan berhidung mancung. Hal ini menyebabkan banyak perempuan yang merasa tidak memiliki penampilan seperti itu menjadi minder dan tidak percaya diri, sehingga dalam penelitian ini melihat bagaimana penggambaran tubuh perempuan dalam video klip milik Tika & The Dissidents yang berjudul Tubuhku Otoritasku. Perempuan juga seharusnya menerima hak serta kebebasan akan tubuhnya sendiri tanpa campur tangan orang lain. Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika milik Charles Sanders Peirce untuk melihat dan menganalisis tanda ikon, indeks, simbol mengenai tubuh ideal perempuan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Untuk membedah mengenai penggambaran tubuh perempuan dalam video klip tersebut, maka peneliti akan melihat scene dalam video itu untuk diteliti lebih dalam lagi. Hasil dari penelitian mengenai Penggambaran Tubuh Perempuan dalam Video Klip “Tubuhku Otoritasku” ini ialah bahwa tubuh ideal perempuan yang sampai saat ini dianut oleh masyarakat masih merujuk kepada bentuk tubuh yang langsing, tinggi saja yang dianggap memenuhi standar. Perempuan juga belum sepenuhnya mendapatkan hak atas tubuhnya sendiri, sehingga seorang perempuan bisa dikatakan dapat memiliki otonomi atas tubuhnya sendiri jika ia dapat melakukan kontrol atas tubuhnya.