Daftar Isi:
  • Pengalaman menjadi single parent yang juga mengasuh anak dengan kondisi autis menjadi menjadi krisis bagi informan. Informan mampu memaknai dan mengalami perubahan positif dalam hidupnya. Fenomena saat krisis justru menumbuhkan pertumbuhan pribadi yang dinamankan sebagai posttraumatic growth. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-studi kasus dengan jumlah informan sebanyak tiga orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika posttraumatic growth orangtua single parent yang memiliki anak dengan kondisi autis. Didapati hasil, pengalaman yang tidak mengenakkan dalam menerima kondisi autis anak ditambah dengan banyaknya tantangan yang harus informan hadapi membuat informan mengalami suatu krisis dalam hidupnya. Namun, melalui dukungan sosial yang diberikan oleh adik informan untuk mengikuti retret membuat informan mampu untuk menerima kondisi anak dan mendorong informan untuk bisa mengalami perubahan positif dalam memandang anaknya. Informan bukan hanya sekedar menerima kondisi anak tetapi mengalami suatu transformasi dan reformulasi menjadi suatu kondisi baru yang jauh lebih baik dari kondisi sebelum mengalami fenomena trauma tersebut. Informan dapat mencapai posttraumatic growth karena adanya dukungan dari berbagai pihak yakni keluarga serta tenaga-tenaga ahli lainnya (dokter, psikolog, dan guru) dan berhasilnya coping yang dilakukan dalam menjalani peran sebagai orangtua single parent yang mengasuh anak autis.