Daftar Isi:
  • Pada saat individu beranjak remaja, individu membutuhkan kondisi wellbeing yang baik agar dapat menjalankan tugas-tugas perkembangannya secara optimal. Wellbeing dapat ditinjau dari 2 pendekatan, yaitu Subjective Wellbeing sesuai dengan pendekatan Hedonic dan Psychological wellbeing yang berdasarkan pendekatan Eudaemonic. Untuk menumbuhkan wellbeing yang baik pada remaja, dibutuhkan bimbingan dan dukungan dari orangtua. Strength- based parenting adalah pengasuhan orangtua dimana orangtua secara sengaja mengidentifikasi dan mengembangkan kondisi yang positif, proses yang positif, dan kualitas yang positif dalam diri anak. Penelitian mengenai strength- based parenting belum ada di Indonesia, oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara strength- based parenting dengan wellbeing pada remaja di SMA X Surabaya. Penelitian ini melibatkan 191 subjek yang merupakan para siswa dan siswi SMA X Surabaya yang berusia 15- 18 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pengambilan datanya dilakukan dengan menggunakan skala Pemberton Happiness Index untuk mengukur wellbeing dan skala Strength- based parenting (strength knowledge dan strength use) untuk mengukur strength- based parenting. Data penelitian dianalisis dengan teknik korelasi non-parametrik Kendall’s tau-b. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara strength knowledge dengan wellbeing, r = 0,359 dan p = 0,000 (p < 0,05) dan antara strength use dengan wellbeing. r = 0,373 dan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa strength- based parenting berkontribusi positif terhadap wellbeing remaja.