Daftar Isi:
  • Pencemaran logam di lingkungan air dapat mencemari kerang, salah satu hewan laut yang banyak dikonsumsi. Akumulasi pencemaran logam berat dalam kerang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Di sisi lain, kerang juga digunakan sebagai bioindikator laut yang tercemar logam berat. Kitosan, zat non toksik alami, berpotensi sebagai bahan pengkhelat karena kemampuannya mengikat logam dan membentuk kompleks kitosan-logam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kitosan selama perebusan dalam menurunkan konsentrasi logam berat kerang darah (Anadara Granosa) dari Tambak Lorok Semarang dan reduksi resiko konsumsinya. Kitosan dilarutkan dalam larutan asam asetat 1%. Analisa logam berat Cd dan Cu menggunakan Flame Atomic Absorption Spectrophotometry (FAAS). Kandungan logam terendah dari Cd dan Cu dalam kerang darah yaitu pada penambahan kitosan 3%, masing-masing sebesar 1,33 ± 0,36ppm dan 0,71 ± 0,11 ppm untuk Cd dan Cu. Penurunan logam Cd pada kontrol berbeda nyata dengan perlakuan penambahan kitosan 0,5% dan 3%. Sedangkan penurunan logam Cu pada kontrol berbeda nyata dengan perlakuan penambahan kitosan 3% dan 5%. Persentase penurunan Cd (40,75%) dan Cu (34,62%) terbesar dihasilkan oleh perlakuan penambahan kitosan 3%. Kerang darah mempunyai HQ ≤ 1 untuk logam Cd dan Cu. Nilai HQ terkecil pada logam Cd dan Cu dihasilkan oleh kerang darah dengan penambahan kitosan 3%. Secara umum, JMK kerang darah yang masih mengandung Cu lebih besar dibandingkan dengan JMK kerang darah yang masih mengandung Cd. JMK kerang darah terbesar yang telah diberi perlakuan dan masih mengandung Cd dan Cu dihasilkan oleh perlakuan penambahan kitosan 3% masing-masing sebesar 289,73 gram (152,49 ekor) dan 2023,70 gram (1065,11 ekor).