Daftar Isi:
  • Kualitas pelayanan angkutan umum yang ada saat ini masih sangat rendah. Akibatnya masyarakat enggan untuk menggunakannya dalam menunjang aktifitas sehari-hari. Mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi (roda dua maupun roda empat) sebagai sarana transportasi. Solusinya dengan meningkatkan pelayanan angkutan umwn berupa angkutan umwn massal yang nyaman, murah, tepat waktu dan selamat. Harapannya agar masyarakat mau beralih ke angkutan umum. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sistem angkutan umwn massal yang sesuai untuk diterapkan di Semarang, pada koridor Mangkang-Penggaron dan mencari tahu kendala yang dihadapi serta kemungkinan solusinya apabila angkutan umum massal dioperasikan di jalur itu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dan studi kasus dengan observasi pada sa saran penelitian. Hasil penelitian menunjukkan sarana yang dioperasikan menggunakan bus dengan jalur yang bercampu dengan lalu lintas umum lainnya. Bus berhenti pada halte yang ditetapkan dan menggunakan sistem tiket. Panjang rencana koridor Mangkang-Penggaron adalah 26.038 meter, 66 % ruas-ruas jalan di sepanjang koridor Mangkang-Penggaron mampu digunakan untuk lajur khusus bus dengan ~misah permanen. Saat ini terdapat 21 tempat henti di se~lah utara dan 12 tempat henti di sebelah selatan yang terdiri dari halte dan rambu pemberhentian bus. Ditemukan beberapa tempat henti yang tidak efektif penggunaannya dilihat dari tingkat pemakaiannya yang rendah, lokasinya yang tioak strategis, digunakan untuk aktifitas parkir dan PKL, dan fasilitas penunjang di dalamnya yang kurang lengkap. Masih banyak halte yang jaraknya terlalu berjauhan, sehingga perlu penambahan sebanyak 12 halte di utara dan 9 halte di selatan. Terdapat 44 trayek angkutan umulJl yang rutenya berhimpitan dengan rencana koridor angkutan umum massal, terdiri aari 23 trayek utama, 6 trayek cabang, dan 15 trayek ranting. Ada juga 9 trayek angkutan umum yang be otongan dengan koridor angkutan umum massal yang terd'iri dari 6 trayek utama, 1 trayek cabang, dan 2 trayek ranting. Himpitan angkutan umum paling banyak terjadi di sepanjang mas JI. Brigjend. Sudiarto. Sedangkan perpotongan rute angkutan urnum banyak terjadi di Bundaran Tugu Muda. Himpitan paling panjang adalah trayek B.31 sepanjang 26.038,52 meter. Sedangkan himpitan terpendek adalah trayek R.3.c sepanjang 250 meter. Terdapat 8 trayek angkutan umum yang dapat tetap beroperasi di sepanjang koridor angkutan umum massal, karena panjang himpitannya kurang dari 1,6 kilometer. Trayek-itu terdiri dan 2 trayek cabang dan 6 trayek ranting. Untuk mendukung oQerasional angkutan umum massal, dibutuhkan angkutan pengumpan (feeder) yang ICe/dari kawasan perumahan dan kawasan industri dengan waktu operaslonal disesuaikan kebutuhan masing-masing kawasan yang jumlahnya 25 rute.