KAJIAN PUSTAKA TENTANG SINTESIS ADSORBEN DARI LIMBAH KULIT BUAH
Daftar Isi:
- Produksi buah di Indonesia sendiri mencapai 9.860 - 8.741.147 ton dengan jenis buah yang berbeda. Namun, tidak semua bagian dari buah dapat dikonsumsi secara utuh. Bagian dari buah yang pada umumnya dapat dikonsumsi sekitar 100%- 22%, baik pada buah yang kulitnya dapat dikonsumsi dan buah yang memiliki kulit tebal seperti durian. Indonesia merupakan negara kedua dengan limbah pangan (food lost and food waste) terbesar, dengan angka mencapai 300 kg/orang/tahun (The Economist Intelligence Unit, 2017). Jika dilihat melalui 11 kategori pangan, persentase limbah buah buahan sebesar 20% dengan peringkat tertinggi kedua setelah padi padian. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional & Tenaga Ahli, 2021). Kajian pustaka ini memiliki tujuan untuk mengetahui macam adsorben dari kulit buah dengan polutan yang diserap serta pengaruh sintesis atau proses pembuatan adsorben terhadap gugus fungsional, dan kondisi aplikasi serta efisiensi adsorben pada 3 polutan utama. Proses pengumpulan data menggunakan berbagai basis data mandiri dan basis data terafiliasi. Proses penyaringan pustaka menggunakan penyaringan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif dan pembuatan diagram serta grafik. Metode yang digunakan dalam proses modifikasi adsorben dapat dilakukan secara fisik (tekanan), fisiko-kimia (pirolisis dan karbonisasi), dan kimia (asam dan basa). Jeruk ditemukan sebagai kulit buah yang memiliki luas permukaan paling besar jika dibandingkan dengan buah lain dengan kondisi perlakuan yang sama. Efisiensi dan efektivitas adsorpsi polutan methylene blue, timbal dan nikel ditemukan terendah pada adsorben yang tidak diberi perlakuan modifikasi. Efisiensi dan efektivitas adsorben adsorpsi polutan methylene blue, timbal dan nikel ditemukan tertinggi pada adsorben yang diberi modifikasi kimia, dan gabungan antara modifikasi fisiko-kimia. Polutan Methylene blue dalam pH rendah berbentuk MB0 dan dalam pH di atas 6 hanya berbentuk MB+. Polutan timbal dan nikel memiliki rentang minimal 5 dan maksimal 7, karena pada pH diatas 7 akan terbentuk endapan (Pb(OH)2) dan Ni(OH)2. Waktu kontak adsorben yang terlalu lama, dapat menurunkan efisiensi adsorpsi karena ikatan adsorben melemah. Mayoritas mekanisme interaksi yang terjadi secara eksotermik, adsorpsi fisik seperti pertukaran ion dan daya tarik elektromagnetik.