JURNALISME BENCANA DALAM PEMBERITAAN BANJIR DI MEDIA ONLINE (ANALISIS FRAMING BERITA BANJIR ROB TANJUNG EMAS SEMARANG DI SUARAMERDEKA.COM DAN AYOSEMARANG.COM PERIODE MEI 2022)
Daftar Isi:
- Kabar banjir rob Tanjung Emas Semarang pada 23 Mei 2022 telah menggemparkan media massa dan menimbulkan kepanikan berlebihan di kalangan warga sekitar wilayah terdampak, seperti Tanjung Mas. Peristiwa ini kemudian berkembang dan mendapat sorotan media online khususnya media online lokal Jawa Tengah seperti AyoSemarang.com dan SuaraMerdeka.com dengan banyaknya artikel berita yang ditemukan tentang kejadian Banjir Rob di Tanjung Emas Semarang selama periode Mei 2022. Meskipun kedua media ini melaporkan peristiwa bencana yang sama, para peneliti melihat bahwa ada perbedaan dalam masalah yang ditampilkan serta dosa media yang dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembingkaian berita banjir rob Tanjung Emas Semarang periode Mei 2022 pada tahun SuaraMerdeka.com dan AyoSemarang.com dalam menjalankan praktik Jurnalisme Bencana? Penelitian ini menggunakan konsep penerapan Jurnalisme Kebencanaan yang digagas oleh Muzayyin Nazaruddin. Paradigma dalam penelitian menggunakan paradigma Konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing model Robert N. Entman. Dalam memberitakan kejadian bencana, idealnya media harus melalui tiga fase pemberitaan bencana diantaranya fase prabencana, fase saat bencana terjadi, dan fase pascabencana. Hasil dari penelitian yang didapatkan di antaranya dalam menjalankan praktik Jurnalisme Kebencanaan SuaraMerdeka belum dianggap belum memenuhi kriteria tiga tahap pemberitaan bencana. SuaraMerdeka.com mengemas informasi kebencanaan dengan menampilkan isu perubahan iklim dengan keberpihakan media pada kaum intelektual. Sementara itu, AyoSemarang.com dalam menjalankan praktik Jurnalisme Kebencanaan mengemas informasi dengan menampilkan sisi humanis dengan keberpihakan pada informasi korban terdampak. AyoSemarang.com dinilai telah memenuhi kriteria praktik Jurnalisme Kebencanaan berdasarkan tiga fase pemberitaan bencana.