Daftar Isi:
  • Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan dengan jumlah penduduk yang tinggi hal tersebut sejalan dengan kebutuhan pangan di Kota Semarang yang terus mengalami kenaikan yang juga diiringi kebutuhan akan ruang – ruang baru untuk mewadahi kegiatan – kegiatan manusia di Kota Semarang sehingga keberadaan lahan pertanian menjadi semakin terbatas dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk yang tinggi juga seiring dengan kebutuhan pangan yang semakin meningkat yang menyebabkan Kota Semarang semakin sulit untuk mencapai salah satu visinya yakni mewujudkan ketahanan pangan. Ketidakmampuan Kota Semarang dalam memenuhi kebutuhan pangannya disebabkan oleh kurang cemerlangnya sektor pertanian akibat keterbatasan lahan dan kualitas SDM pelaku pertanian yang kurang memadai. Berkaca dari hal tersebut perlu suatu pemusatan area pertanian yang memuat fungsi penelitian, konservasi, kegiatan pertanian mulai dari pembibitan, panen, penjualan, sosialisasi, edukasi dan wisata sebagai wadah berkolaborasi untuk dapat menghasilkan kebaruan dalam sektor pertanian guna meningkatkan kemampuan Kota Semarang dalam memenuhi kebutuhan pangannya dalam hal ini difokuskan pada tanaman sayur dan pertanian berbasis teknologi. Di tengah cepatnya perkembangan, kebaruan dan perubahan yang terjadi timbul polemik dimana terdapat kelompok pelaku pertanian (biasanya para petani usia tua) yang sulit beradaptasi yang tentunya tidak dapat dikesampingkan peran dan keberadaannya. Maka dari itu untuk tetap mempertahankan esensi pertanian yang memperhatikan kebutuhan dan karakter dari penggunanya dibutuhkan tipologi Kompleks Pengembangan Agronomi Tanaman Sayur yang memuat irisan antar pertanian konvensional dan smart farming yang berintegrasi dengan tepat dan dapat merepresentasikan citra dari komoditas yang ada dalam proses menuju era Society 5.0 dimana diperkirakan pada akhirnya smart farming akan lebih relevan dengan isu dan kondisi masa depan. Bangunan ini juga dapat berkotribusi dalam upaya mereduksi dampak negatif pemanasan global, dalam mana bangunan dirancang memungkinkan adanya efisiensi energi dan dapat mereduksi jejak karbon yang dihasilkan