Analisa Kerusakan Bangunan Tidak Berlantai Beratap Genteng Akibat Gempa Bumi dan Konsep Desain Penanggulangannya

Main Authors: KOESMARTADI, CHRISTOPHORUS, MONIAGA, CHRISTIAN, ANANDHITA, GUSTAV, PRAWOTO, EDY
Format: Monograph NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: Fakultas Arsitektur dan Desain
Subjects:
Online Access: http://repository.unika.ac.id/26513/1/PENGESAHAN%20%26%20LAP%20PENELITIAN.pdf
http://repository.unika.ac.id/26513/2/ST%20PENELITIAN%20Gp%2020-21.pdf
http://repository.unika.ac.id/26513/3/pengesahan%20PENELITIAN.pdf
http://repository.unika.ac.id/26513/
Daftar Isi:
  • Pada peneltian lanjutan ini lebih ditekankan pada analisis kerusakan konstruksi akiba gempa bumi. Pada analisis ini membahas semua jenis bangunan seperti kasus penelitian tahun pertama. Kasus diambil dengan cara open source pada semua kejadian gempa bumi di Indonesia, seperti Jogja, Palu dan Lombok. Dari beberapa analisis atas kasus-kasus umumnya kerusakan bangunan disebabkan oleh kerusakan pada keempat tumpuan (dalam satu portal), dua berada di tumpuan kuda-kuda pada tiang, dua berada di tumpuan tiang pada pondasi, karena membentuk portal empat sendi yang sangat rentan terhadap beban lateral. Kondisi terjadi di sosok satu bangunan yang melibatkan beberapa portal sehingga pola roboh sangat dipengaruhi oleh bentuk masa bangunan, baik bujur sangkar, empat persegi panjang ataupun yang memanjang. Meski terjadi kerusakan pada beberapa tiang, namun pada kerangka atap/ kuda-kuda sedikit dijumpai kerusakan karena memang system konstruksi kuda kuda memiliki kekuatan pada badan rangka kuda-kuda dan bukan pada tumpuan. Kerusakan dipicu oleh momen kearah samping kuda-kuda akibat gempa bumi sehingga kedua tumpuan yang memeang bukan di buat untuk menghadapi gempa maka tidak kuat menahan gaya samping. Bentuk portal kolom penyangga rangka kuda-kuda pada bagian bawah pun bersifat “sendi” sehingga mudah goyah. Jika melihat konsep ruangan Indonesia maka volume ruangan memiliki batas pada luas lantai dan lembar penaung yang menutup ruangan tersebut. Dengan kata lain puncak atas atap diperhitungkan sebagai volume ruang dan kedua tumpuan dibuat lebih kaku karena agar beban bekerja secara sentris maka perlu diimbangi sayap luar sebagai penyeimbang beban dan berfungsi juga sebagai penaung.