Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilandasi oleh teori bahwa anak – anak sekolah dasar tergolong dalam kategori middle childhood dan preadolescence karena memiliki rentang umur antara 7 – 11 tahun. Dalam masa – masa sekolah tersebut anak akan banyak mengeluarkan energi karena banyak beraktivitas. Oleh sebab itu, asupan makanan kepada anak tidak boleh terlewatkan. Asupan makanan yang bernilai gizi baik dan seimbang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan juga kebutuhan energi anak. Salah satu bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan energi anak adalah sayuran. Sayuran kaya akan serat, mineral, serta vitamin. Sayuran juga memiliki kadar air yang tinggi, protein serta lemak yang dapat membantu kebutuhan energi pada anak – anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuensi konsumsi sayur pada anak – anak dan melihat hubungan gender serta kategori status gizi anak terhadap frekuensi konsumsi sayur pada anak - anak. Subjek penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar sebanyak 50 responden. Pengujian akan dilakukan dengan metode survey menggunakan kuisioner terkait dengan konsumsi sayuran pada murid – murid serta orang tua dan dilanjutkan dengan analisis data menggunakan uji korelasi Kendall’s Tau B dan uji ketergantungan Lambda. Hasil uji korelasi didapatkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara frekuensi konsumsi sayuran dengan status gizi anak. Hubungan antara kedua variabel ini ditunjukan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,009. Uji ketergantungan Lambda menunjukkan hasil yang berbeda yaitu tidak adanya ketergantungan yang signifikan antara gender dengan status gizi anak maupun antara gender dengan frekuensi konsumsi sayuran anak. Tidak adanya ketergantungan pada kedua variabel ditunjukkan dengan nilai approximat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,222 untuk hubungan gender dengan status gizi sedangkan untuk hubungan gender dengan frekuensi konsumsi sayuran mendapatkan nilai sebesar 0,153.