Daftar Isi:
  • Orang cenderung menempatkan budaya bisnis secara tidak proporsional (Nugroho, 1998). Saat perusahaan mengalami kegagalan, orang dengan mudah melihat budaya bisnis sebagai penyebabnya. Sebaliknya, saat perusahaan berhasil, orang cenderung terpaku pada tolok ukur yang sifatnya teknis. Hal yang sering dilupakan orang adalah sukses operasional tidak secara otomatis dapat dicapai tanpa mendasarkan diri pada budaya yang hidup didalamnya. Pada awalnya akuntansi dibutuhkan karena factor budaya masyarakat industri sebagai alat pengendalian. Pada saat itu belum ada pemisahan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Pemisahan akuntansi manajemen tersebut lebih menggambarkan fungsi akuntansi sebagai alat pengendalian. Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah masukan berupa data operasi dan data keuangan untuk menghasilkan keluaran berupa informasi keuangan yang dibutuhkan oleh pemakai. Dalam konteks bisnis, akuntansi diterima sebagai budaya tanpa pemanfaatan optimal fungsinya sebagai penyedia informasi, padahal budaya dapat menjadi salah satu sumber keunggulan kompetitif perusahaan (Barney, 1986). Responden penelitian ini adalah manajer pemasaran, manajer produksi, manajer penelitian dan pengembangan serta general manajer yang bekerja pada perusahaan manufaktur di wilayah kota Klaten. Kepada responden tersebut dikirim kuesioner. Kuesioner dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama berisi pertanyaanpertanyaan umum tentang data responden perusahaan. Bagian kedua berisi pertanyaan tentang tentang variabel independen (budaya). Bagian ketiga berisi pertanyaan tentang variabel dependen (IPAM). Dari hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliable.