Daftar Isi:
  • Alnari pendingin yang berfungsi untuk memperpanjang umur simpan tornyata masih tidfk mampu untuk menghambat pertumbuhan seir.ua mikrobia dalam bahan pang-in. Ser ngkali bahan pangan yang disimpan dalam almari pendingin mengalami kondisi intermittent. Pada kondisi intermittent tersebut, dapat diduga produk mengalami fluktuasi suhu dan nilai Aw sehingga berbubungan dengan peningkatcn kepadatan mikrobia. Dikhawatirkan dengan pola intermittent tersebut, mikrobia dalam bahar pangan lebih tinggi dari bahan pangan yang disimpan dalam almari pendingin bahkan lebih tinggi dari bahan pangan yang disimpan dalarr suhu ruang. Semakin bar yaknya mikrobia yang tumbuh maka bahan pangan terrebut semakin berbahaya b^gi kesehatar. tubuh. Penelitian ini membandingknn tiga pcrlakuan penyimpanan corned beefysuta peryimpanan di suhu ruang, penyimpanan dalam alnnri pendingin, dan pola intermittent penyimpanan dalam alrnari pendingin. Selama wiktu thawing, dapat terjadi kontaminasi pertumbuhan mikrobia yang meny^babkan peningkatan secara akumulatif. Sat a gram daging dari tiap ulangan digunakan untuk pengujian mikrobia. Pengh'tungan mikrobia menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Analisis data untuk penelitian fa in' mengkunakan analisa non parametrik SPSS vs. 11,5 untuk membandiiigkan pertumbuhan mikrobia pada corned beef dalam suhu ruang, disimpan terbuka dalam almari pendingin, dan dengan penggunaan in'ermittem selama penyimpanan dalam almari pendingin. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini. terungkap bahwa secara umum terdapat perbedaan kepadatan mikrobia antara penyimpanan suhu ruang, penggunaan intermittent, dan penyimpanan dalam almari pendingin. Perbedaan tersebut tercermin dari nilai laju pertumbuhan, total koloni bakteri d m jamur, serta nilai Aw.