Daftar Isi:
  • Bawang putih merupakan komoditi yang mengandung minyak atsiri, yang bersifat antibakteri dan anstiseptik. Selain bawang putih mengandung minyak atsiri, bawang putih memiliki zat antimikroba bernama allicin. Allicin terdiri dari berbagai jenis sulfida, dan yang paling banyak adalah ally! sulfida. Sulfida ini merupakan senyawa yang toksis terhadap bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antimikrobia bubuk bawang putih yang ada di supermarket. Bubuk bawang putih yang digunakan terbagi menjadi 6 konsentrasi, yaitu 0,5%, 1%, 2%, 5%, 7,5%, 10% dan sebagai kontrol digunakan bawang putih segar. Pengujian kemampuan senyawa allicin terhadap bakteri gram positif dan gram negatif dilakukan terhadap konsentrasi dan iama penyimpanan. Pengujian zat antimikrobia dilakukan dengan uji lempengan berlubang. Kemampuan allicin untuk menghambat dan membunuh bakteri dinyatakan oleh luas diameter zona jernih yang terbentuk disekitar lubang. Diameter zona jernih yang terbentuk diukur dengan jangka sorong dan dilakukan pengukuran selama 3 hari tiap 6 jam dengan bakteri penguji Escherechia coli dan Bacillus subtilis. Kemampuan antimikrobia tertinggi didapat dari bawang putih segar terhadap bakteri gram positif {Bacillus subtilis) dengan rata - rata diameter zona jernih 1,83 cm. Sedangkan untuk kemampuan antimikrobia bubuk bawang putih tertinggi adalah konsentrasi 10% terhadap Bacillus subtilis (1,36 cm) dan Escherechia coli (1,23 cm). Respon positif paling cepat terhadap zat antimikrobia diperoleh dari bawang putih segar dan bubuk bawang putih konsentrasi 10%. Sedangkan pada bubuk bawang putih konsentrasi 0,5% tidak mampu menghambat kedua bakteri uji (nol) dan respon paling lambat didapatkan pada konsentrasi 1%