Daftar Isi:
  • Cap Go Meh sebagai puncak dari perayaan Imlek dirayakan dengan meriah. Cap Go Meh di Kabupaten Ketapang dimeriahkan dengan berbagai acara seperti atraksi naga, tarian barongsai, dan yang menjadi pembeda dengan perayaan Cap Go Meh di daerah lain di Indonesia adalah atraksi dari seorang Tatung. Tatung atau sering disebut dengan sebutan “Loya” di artikan sebagai ”Orang Kebal”, dalam atraksinya Tatung akan melakukan beberapa aksi yang ekstrim sambil mengelilingi kota ketapang, seperti menusukan besi panjang di pipi,duduk di atas parang, dll. Tatung sendiri tadinya adalah seorang dukun yang dipercaya untuk mengobati penyakit, melakukan pengusiran roh jahat, dan memiliki kemampuan untuk mencari barang hilang. Baru setelah KEPRES no.6 tahun 2000, tatung mulai aktif terlibat dalam perayaan cap gomeh di ketapang. Atraksi Tatung sendiri tidak hanya melibatkan warga keturunan Tionghua namun juga melibatkan orang dayak. Hal ini disebabkan terjadinya sebuah akulturasi budaya cina dengan suku dayak. Atraksi yang dilakukan Tatung sebagai bentuk perayaan Cap Go Meh belum terlalu dikenal di masyarakat luas Indonesia. Padahal atraksi tersebut merupakan sebuah aset kebudayaan yang mana di dunia pariwisata, Tatung berpotensi untuk menarik turis dalam negeri dan mancanegara. Selain mengangkat nama Ketapang di dunia internasional, Tatung juga ikut meningkatkan perekonomian daerah Ketapang dan Indonesia. Penulis sebagai mahasiswa DKV merancang sebuah buku ilustrasi “15 Hari Untuk Semua” mengenai kebudayaan Cina pada saat perayaan Cap Go Meh di Ketapang, dengan tujuan untuk memperkenalkan atraksi Tatung pada perayaan Cap Go Meh di Ketapang sebagai aset budaya. Buku ilustrasi “15 Hari Untuk Semua” untuk dewasa awal dengan rentang usia 17 - 22 tahun diharapkan dapat mengenal dengan baik terhadap budaya tionghoa khususnya perayaan imlek dan cap go meh serta keterlibatan tatung/loya, dan menyadari betul bahwa ini adalah sebuah budaya indonesia yang patut di jaga dan dilestarikan keberadaanya.