Daftar Isi:
  • Tersebarnya gereja-gereja katolik menjadi kendala dalam proses pendataan umat. Data umat yang dicatat secara manual sudah sangat tidak efektif lagi dan membutuhkan waktu lama untuk melakukan hal tersebut. Hal ini disebabkan oleh jumlah umat yang tidak sedikit. Perlu adanya sebuah sistem yang menangani hal ini dan mampu menghubungkan antara cabang dan pusat data. Desain arsitektur disconnected database merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi gereja-gereja Katolik yang memiliki paroki yang tersebar. Data-data yang ada di paroki tersebut harus dikumpulkan ke pusat data (keuskupan) kapanpun dikehendaki. Cara yang digunakan untuk menerapkan arsitektur disconnected database bisa dilakukan melalui web service yang akan dibuat di pusat sistem, pada kasus ini di keuskupan. Service yang disediakan oleh pusat mengenai penambahan data-data, pengubahan data-data, dan melihat data-data yang ada. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Gereja (SIManja) ini juga menangani pengelolaan paroki, wilayah, stasi, lingkungan dan juga layanan pencarian data umat (searching). Dengan adanya SIManja ini, pengguna merasa terbantu dalam pendataan umat di gereja masing-masing dan proses pengumpulan data umat ke pusat menjadi lebih mudah. Selain itu, informasi-informasi yang didapatkan juga semakin lebih cepat dan mudah didapatkan dengan adanya fasilitas layanan searching di SIManja ini.