MEDIA CETAK DAN PEMBERITAAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI (Analisis Wacana Pemberitaan Letusan Gunung Berapi Pada Headline Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Periode 27 Oktober 2010 sampai 26 November 2010)

Main Author: Wijayanti, Noviana Dewi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://e-journal.uajy.ac.id/2394/1/0KOM03321.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2394/2/1KOM03321.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2394/3/2KOM03321.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2394/4/3KOM03321.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2394/5/4KOM03321.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/2394/
Daftar Isi:
  • Bencana Letusan Merapi 2010, menjadi sebuah peristiwa yang mengejutkan. Ribuan orang hilang dan ratusan meninggal. Berita dengan nilai berita yang tinggi, menjadikan media sebagai pihak yang berkuasa atas informasi bencana yang hendak diberitakan pada masyarakat. Bukan menjadi rahasia lagi, jika media berdiri sebagai institusi dengan organisasi di dalamnya. Sebagai sebuah institusi, media mengutamakan profit oriented sebagai acuan dasar dari sebuah pemberitaan. Selain itu, ideologi dari masing-masing media memiliki peran penting dalam agenda setting media tersebut. Media cetak, hadir sebagai media yang berwujud teks, yang bisa dikonsumsi berulang-ulang. Dalam teks tersebut tentunya memuat berbagai bahasa dan kalimat yang bisa dikaji lebih dalam makna yang ada dalam bahasa yang digunakan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Metode ini bertujuan untuk melihat bagaimana teks pemberitaan bencana Gunung Merapi dalam media cetak, diproduksi, dan diolah oleh wartawan menjadi pemberitaan yang utuh. Dalam penelitian ini dilakukan tiga level, yaitu pertama level teks, kedua kognisi sosial dan yang ketiga level analisis sosial. Ketiga level ini berhubungan satu sama lain, Van Dijk memberikan penjelasan bahwa level kognisi sosial menjadi level yang penting di mana teks diproduksi melalui representasi kognisi dan strategi wartawan. Hasil temuan dalam level teks, ditemukan bahwa informasi kronologi meletusnya Merapi menjadi bahan utama untuk diberitakan kepada pembaca, narasumber dari badan Negara didaulat menjadi narasumber utama yang berperan penting dalam informasi berita bencana Merapi. Penggunaan diksi yang kurang sensitive juga menjadi benang merah dalam penelitian ini. Dalam kognisi sosial, wartawan memiliki skema peristiwa yang kuat dalam mempersepsikan bencana Merapi 2010, Didukung dengan pernyataan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan. Analisis sosial menjadi level terakhir, di mana wacana Merapi berkembang dalam masyarakat dalam hal akses dan kekuasaan. Bagaimana wacana bencana Merapi yang kemudian dikembangkan oleh masyarakat dalam media. Serta hubungan masyarakat sebagai struktur makro dengan kekuasaan dan akses dari media.