LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Pusat Konservasi Burung di Pekanbaru dengan Pendekatan Eco-Arsitektur
Main Author: | Samudra, Dewata |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://e-journal.uajy.ac.id/17242/1/TA15129.pdf http://e-journal.uajy.ac.id/17242/ |
Daftar Isi:
- Dewasa ini, perburuan burung secara besar-besaran semakin marak dilakukan oleh masyarakat pekanbaru. Banyak burung-burung asli atau endemik dari pekanbaru yang keberadaanya sudah jarang ditemui dihutan-hutan pekanbaru dan keadaan ini sangat mempengaruhi ekosistem hutan dan seisinya. Jika kegiatan ini terus dilakukan tanpa ada respon dan penanganan dari pemerintah maka burung-burung endemik di pekanbaru akan mengalami ancaman kepunahan. Berdasarkan pencarian data dari The IUCN Red List of Threatened Spesies terkait dengan burung-burung endemik pekanbaru terdapat 10 jenis burung yang statusnya sudah dilindungi dan sudah masuk dalam angka kepunahan. Burung-burung yang statusnya dilindungi dan masuk didalam kepunahan diantaranya adalah Sikatan Aceh (Cyornis ruckii), Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis), Ciung-mungkal Sumatera (Cochoa beccarii), Poksai Jambul (Garrulax bicolor), Paok Schneider (Pitta schneideri), Cica-daun Sumatera atau Blue-masked Leafbird (Chloropsis venusta), Ciungbatukecil Sumatera atau Chestnut-winged Whistling-thrush (Myophonus castaneus), Cucak Mutiara atau Spot-necked Bulbul (Pycnonotus tympanistrigus), Srigunting Sumatera atau Sumatran Drongo (Dicrurus sumatranus), Anis Enggano atau Enggano Thrush (Zoothera leucolaema). Oleh karna itu adanya Pusat Konservasi Burung dengan pendekatan Eco-arsitektur dipekanbaru sangat penting agar masyarakat lebih mencintai dan menyayangi burung-burung yang ada di pekanbaru dan menciptakan kelestarian burung-burung endemik dari sumatra sebagaimana seperti program yang telah dicanangkan oleh pemerintah kota pekanbaru bersamadengan BBKSDA (Balai besar konservasi sumber daya alam) Riau.