KAJIAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PERSEPSI PASIEN DALAM PENGGUNAAN OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN OBAT TRADISIONAL UNTUK PENGENCER DARAH

Main Author: Fitriana, Ridha
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Perpustakaan Universitas Surabaya , 2018
Online Access: http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/1196
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/1196/969
Daftar Isi:
  • Tingginya prevalensi kematian karena penyakit terkait kardiovaskular memerlukan peranan tenaga kesehatan dalam managemen pengobatan untuk mengingkatakan kualitas hidup pasien. Di Indonesia obat herbal telah lama digunakan dalam pengobatan. Salah satu obat herbal terstandar yang telah teruji mutu, efektivitas dan keamanannya melalui pengujian di laboratorium dan uji praklinis adalah Disolf yang berkhasiat sebagai pengencer darah. Kini dokter semakin tertarik untuk melibatkan OHT sebagai terapi komplementer. Sementara dimasyarakat upaya menggunakan pengobatan komplementer ataupun alternatif telah lama didilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana layanan kefarmasian dan persepsi pasien dalam penggunaan OHT dan OT untuk pengencer darah. Penelitian dilakukan secara observasional dengan mixed methods antara wawancara secara kuantitatif dan kualitatif kepada 20 orang pasien, dan data diolah dengan cara dekskriptif. Didapatkan kesimpulan bahwa efektivitas dan efek samping obat bersifat sangat individual. Persepsi kedua kelompok merasa manfaat dari penggunaan Disolf/ obat herbal jauh lebih daripada risikonya. Kesadaran akan potensi risiko dari penggunaan OT lebih besar karena pengguana OHT dapat lebih memercayai keamanan dari Disolf sebab diresepkan oleh dokter.  Regimen pengguana pada kedua kelompok bervariasi, kesadaran dokter mengenai kemungkinan interaksi antara obat konvensional dengan obat herbal membuat penggunaan Disolf lebih dikurangi dari yang disarankan pada kemasan obat. Komunikasi dan sumber informasi dari tenaga kesehatan hanya lebih terlihat pada kelompok OHT, pengguana OT belum terlihat akses  informasi dengan tenaga kesehatan, terlebih apoteker sebagai profesi yang dapat menyediakan informasi yang beih akurat mengenai obat. Kedepannya perlu ditingkatkan lagi peran apoteker sebagai penyedia informasi terkait obat terutama dengan interaksi langsung pada pasien melalui seminar, promosi kesehatan, edukasi saat penyerahan obat, konseling dan layanan homecare.