Efektifitas Dan Keamanan Pretomanid Dalam Pengobatan Tuberkulosis Lini Kedua

Main Authors: Pusparisa, Heryanti, Herawati, Fauna
Format: Article PeerReviewed application/pdf
Bahasa: eng
Terbitan: Universitas Malahayati Lampung , 2022
Subjects:
Online Access: http://repository.ubaya.ac.id/43289/
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manuju/article/view/7216
Daftar Isi:
  • Tuberkulosis (TB) menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Kemajuan baru-baru ini dalam pengembangan obat dan rejimen baru memberikan harapan pengobatan tuberkulosis (TB) ditoleransi dengan baik, efektif, dan jangka waktunya lebih pendek. Ulasan ini mencakup uji coba obat dan rejimen TB baru dengan aktivitas melawan basil peka obat dan resistan terhadap obat, yang mengoptimalkan keamanan. Terapi kombinasi adalah pendekatan yang berhasil mengobati tuberkulosis pada pasien yang rentan Mycobacterium tuberculosis. Munculnya strain resisten membutuhkan identifikasi terapi baru yang efektif. Terapi tuberkulosis (TB) 6 bulan saat ini kurang optimal dengan efek samping signifikan dan masalah kepatuhan pasien yang buruk terhadap obat. Masalah TB resistan terhadap obat semakin meningkat perlu mengembangkan obat baru dan lebih efektif. Kemajuan signifikan dibuat dengan beberapa kandidat obat baru dalam uji klinis. Proses penelusuran Pustaka dilakukan dengan menggunakan basis data PUBMED dan kata kunci”Pretomanid” dan “TB” yang dikombinasikan dengan Boolean operator yaitu “AND”. Total terdapat 227 penelitian dari kajian akhir. Kami melakukan tinjauan sistematis terhadap studi melibatkan mutasi resistensi melalui pengurutan dan fenotipe sebelum dan / atau setelah evolusi resistensi spontan, serta eksperimen. Berfokus pada obat baru pretomanid. Sebuah database dari 111 kontrol beragam seluruh MTB, diisolasi dari pasien yang tidak terpapar obat ini, digunakan untuk menilai lebih lanjut asosiasi. Tujuan akhir dari penelitian pengobatan anti-tuberkulosis adalah pengembangan rejimen yang benar-benar baru yang sangat efektif, menyembuhkan dalam waktu singkat, dapat ditoleransi dengan baik, terjangkau dan tidak resistensi signifikan yang sudah ada. Dengan mempertimbangkan dampak positif tersebut, sangat diharapkan agar pengobatan baru Pretomanid ini dapat diimplementasikan pada institusi Kesehatan di Indonesia dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya dan konteks budaya lokal.