Hubungan Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan Kualitas Kehidupan Kerja dengan Komitmen Organisasi
Main Author: | Putri, Yassinta Emilia |
---|---|
Format: | Undergraduate thesis PeerReviewed application/pdf |
Terbitan: |
UNKNOWN
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ubaya.ac.id/34581/1/IN_1271_Abstrak.pdf http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/252270 http://repository.ubaya.ac.id/34581/ |
Daftar Isi:
- Komitmen karyawan kepada organisasi diketahui sebagai sesuatu yang menjadi sumber vital untuk kesuksesan performa bagi organisasi (Farid, Izadi, Ismail & Alipour, 2015). Faktor-faktor yang memengaruhi komitmen organisasi ialah organizational citizenship behavior (OCB) dan kualitas kehidupan kerja. Beberapa penelitian menunjukan bahwa organizational citizenship behavior (OCB) memiliki hubungan dengan komitmen organisasi (Gautam, Dick, Wagner, Upadhyay dan Davis 2005) dan kualitas kehidupan kerja memiliki hubungan dengan komitmen organisasi (Afsar, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara organizational citizenship behavior (OCB) dan kualitas kehidupan kerja dengan komitmen organisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuisioner dan didukung dengan hasil data sekunder berupa wawancara. Subjek dalam penelitian ini merupakan pegawai PT. BT dengan total populasi 86 pegawai dan sebanyak 77 pegawai menjadi sample penelitian ini. Tehnik yang digunakan adalah uji korelasional dengan uji t. Hasil dari pengujian statistik terdapat hubungan korelasi parsial antara organizational citizenship behavior (OCB) dengan komitmen organisasi sebesar 0,445 (p<0,00) dan korelasi parsial antara kualitas kehidupan kerja dengan komitmen organisasi sebesar 0,462 (p<0,00). Temuan ini mendukung hipotesis bahwa terdapat hubungan antara organizational citizenship behavior (OCB) dan kualitas kehidupan kerja dengan komitmen organisasi. Berdasarkan hasil penelitian, organisasi diharapkan lebih memperhatikan jenjang karir pegawai, memberikan fasilitas yang belum terpenuhi dan mendengarkan keluhan dari pegawai agar dapat membuat pegawai lebih berkomitmen dengan organisasi. Lalu, diberikan metode storytelling supaya dapat menaikan komitmen afektif pegawai.