Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Utang dalam Perspektif Pecking Order Theory pada Badan Usaha-Badan Usaha Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2008

Main Author: Fransiska, Vivi Sisillia
Format: Undergraduate thesis PeerReviewed application/pdf
Terbitan: Fakultas Bisnis dan Ekonomika UBAYA , 2010
Subjects:
Online Access: http://repository.ubaya.ac.id/25521/1/M_4748_Abstrak.pdf
http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/132398
http://repository.ubaya.ac.id/25521/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini bertujuan untuk menguji teori pecking order pada pasar modal di Indonesia. Teori pecking order menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang baik berasal dari dana internal terlebih dahulu. Jika dana internal tidak mencukupi baru badan usaha boleh menggunakan dana eksternal. Dana eksternal pertama yang digunakan adalah utang, dan kemudian saham. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan sampel berupa perusahaan yang listing di BEI dan tergabung dalam industri manufaktur periode 2003-2008. Jumlah sampel yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebesar 378 obeservasi. Hasil pengujian model regresi yang dilakukan memberikan hasil bahwa variabel independen (profitabilitas, likuiditas, tangible fixed asset, risiko bisnis, dan size) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (utang). Sedangkan pengujian secara parsial memberikan hasil bahwa variabel profitabilitas, likuiditas, dan tangible fixed asset berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (utang). Variabel risiko bisnis dan size menunjukkan hasil yang tidak signifikan pengaruhnya terhadap variabel dependen (utang). Kemampuan variabel profitabilitas, likuiditas, dan tangible fixed asset dalam penelitian yang berhasil menjelaskan variabel utang dapat dijadikan sebagai faktor dalam pengambilan keputusan pendanaan perusahaan. Variabel risiko bisnis dan size tidak berhasil menjelaskan utang yang didapat dari hasil penelitian. Dengan demikian temuan penelitian menunjukkan bahwa badan usaha-badan usaha manufaktur di Indonesia belum sepenuhnya menggunakan pecking order theory sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan keputusan pendanaan.