SURABAYA KOTA RAMAH LANJUT USIA

Main Authors: Pudjibudojo, Jatie K., Wahyuningsih, Sri, ., Setiasih, Sugoto, Srisiuni, Rahardjo, Tri Budi W.
Format: Monograph NonPeerReviewed application/pdf
Terbitan: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya dan Pusat Kelanjutusiaan Universitas Indonesia , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ubaya.ac.id/21433/1/surabaya%20Kota%20ramah%20Lanjut%20Usia.pdf
http://repository.ubaya.ac.id/21433/
Daftar Isi:
  • WHO menganggap "penuaan aktif' (Active Ageing) sebagai suatu proses seumur hidup yang dibentuk oleh fuktor kesehatan, partisipasi, dan jaminan kehidupan sampai masa tua. Mengacu pada pendekatan WHO tentang penuaan aktif, perlu pembentukan kota ramah lansia. Delapan dimensi sebuah kota bisa menjadi ramah lansia apabila memenuhi beberapa dimensi yakni dimensi kesehatan, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi infrastruktur, dimensi transportasi, dimensi komunikasi dan informasi, dimensi hukum dan HAM, dan gabungan antara dimensi-dimensi tersebut. Untuk mendukung terwujudnya kota ramah Jan jut usia, maka delapan dimensi tersebut perlu dipersiapkan sejak sekarang untuk proyeksi tahun 2020, saat jumlah lansia Indonesia diprediksi menjadi 29 juta atau II % penduduk Indonesia. Menindaklanjuti penelitian yang sudah dilakukan Pusat Kelanjutusiaan Universitas Indonesia di beberapa kota sebelumnya yaitu Denpasar, Banda Aceh, Palu, dan Depok, maka Surabaya sebagai salah satu ibukota Provinsi di Jawa Timur memiliki potensi sebagai kota ramah lansia. Masyarakat dan Pemerintah Kota Surabaya yang mempunyai kepedulian kepada lansia juga menyadari pentingnya fasilitas dan program untuk kesejahteraan lansia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait dengan; persepsi masyarakat (generasi muda dan lansia) berkait pengembangan kota ramah lansia, kondisi sosiodemograftk dan budaya sebagai dasar pengembangan kota ramah lansia; pemahaman pemangku kebijakan dan masyarakat (generasi muda dan lansia) tentang delapan dimensi kota ramah lansia yang ditetapkan oleh WHO; kesiapan pemangku kebijakan dan masyarakat dalam menyongsong masyarakat ramah lansia tahun 2020; fuktor pendukung maupun penghambat dalam mempersiapkan kota ramah lansia 2020 berdasarkan delapan dimensi dari WHO tersebut. Dari gambaran yang diperoleh berdasar tujuan penelitian diharapkan dapat memberi informasi mengenai kondisi dan situasi masyarakat Surabaya terhadap keberadaan lansia. Lebih jauh diharapkan basil penelitian ini dapat ditindaklanjuti dengan realisasi pencanangan kota Surabaya sebagai kota ramah lansia.