Characteristics of Supracondylar Humerus Fracture in Children at RSUP Sanglah Denpasar Period 2017-2020
Main Authors: | Nanda, Km Junita Sari, Dewi, Kadek Ayu Candra, Meregawa, Putu Feryawan, Aryana, I Gusti Ngurah Wien |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Universitas Udayana
, 2023
|
Online Access: |
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/80934 https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/80934/48779 |
Daftar Isi:
- Fraktur suprakondiler humerus merupakan fraktur ekstermitas atas yang umum terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Kasus fraktur suprakondiler humerus di Indonesia terutama di Bali cukup sering ditemukan namun data penelitian mengenai karakteristik fraktur ini masih terbatas. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik fraktur suprakondiler humerus pada anak-anak di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel diambil melalui data rekam medis pasien di RSUP Sanglah Denpasar dari Agustus 2017 - Desember 2020. Dilakukan analisis data menggunakan software SPSS versi 26 untuk mendapatkan karakteristik fraktur suprakondiler humerus berdasarkan usia, jenis kelamin, klasifikasi, tatalaksana, waktu penanganan dan komplikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi pasien yang sering datang yaitu pada kelompok anak-anak usia 5-9 tahun (56.9%) dengan berjenis kelamin laki-laki (73.8%). Klasifikasi yang banyak ditemukan pada penelitian ini yaitu fraktur Gartland tipe 3 (56.9%) dan diikuti oleh fraktur Gartland tipe 2 (29.2%). Sebagian besar pasien datang dan mendapatkan penanganan kurang dari 3 minggu setelah terjadinya fraktur (76.9%). Tatalaksana yang sering dilakukan yaitu secara operatif (90.8%). Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi seperti malunion (18.5%), sindrom kompartemen (1.5%) dan cedera saraf (1.5%). Fraktur Gartland tipe 3 sebagian besar terjadi pada anak dengan usia 5-9 tahun dikarenakan pada usia tersebut tulang anak masih dalam proses pematangan. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada anak laki-laki dikarenakan aktivitas fisik yang lebih tinggi. Dengan dilakukan penalataksanaan yang baik maka dapat mengurangi risiko komplikasi.
- Supracondylar fracture of humerus is the most common upper extremity fracture in children worldwide. The number of cases in Indonesia, especially in Bali, are quite frequent, but the research data regarding this fracture is limited. Therefore, it is important to conduct this study to know the characteristics of supracondylar humerus fractures in children at Sanglah Hospital, Denpasar. Our study conducted cross-sectional research with descriptive method. Samples were taken through medical records of patients at Sanglah Hospital Denpasar from August 2017 - December 2020. The data were analyzed using SPSS version 26 software to obtain the characteristics of supracondylar humeral fractures based on age, gender, classification, management, time of management, and complications. The results is 5-9 years old group was the most common patient attending to hospital (56.9%) predominant with male gender (73.8%). Gartland fracture type 3 (56.9%)was the most common, followed by Gartland fracture type 2 (29.2%). Most of the patients came and received treatment less than 3 weeks after fracture (76.9%). Surgery was done in 90.8% cases. Several complications was malunion (18.5%), compartment syndrome (1.5%), and nerve injury (1.5%). The majority of Gartland type 3 fractures is in children 5-9 years old due to maturation still happened in this age group. Male gender was predominant due to more activity. Management must be handle properly to avoid complications.