HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH MENGGUNAKAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL PADA REMAJA AKHIR
Main Authors: | Krisnanta Adnyana, Anak Agung Ngurah, Surudarma, I Wayan, Wihandani, Desak Made, Sutadarma, I Wayan Gede, Wande, I Nyoman |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Universitas Udayana
, 2021
|
Online Access: |
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/78375 https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/78375/41574 |
Daftar Isi:
- Obesitas menjadi salah satu faktor utama dari peningkatan penyakit tidak menular secara global. Di Indonesia sendiri, prevalensi obesitas sentral pada umur 15 tahun ke atas terus mengalami peningkatan, secara berurutan pada tahun 2007, 2013, 2018 yaitu 18,8; 26,6; dan 31,0. Peningkatan lemak visceral berkaitan dengan terjadinya metabolik yang abnormal, seperti penurunan toleransi glukosa dan penurunan sensitivitas insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang mana merupakan faktor risiko dari terjadinya diabetes. Dalam upaya memprediksi kejadian diabetes mellitus tipe 2, lingkar perut merupakan predictor yang lebih baik dibandingkan IMT terhadap kejadian dari diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar perut terhadap kadar gula darah pada remaja akhir. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling, yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada populasi. Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 70 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah puasa (p=0,000) dengan korelasi sedang (r=0,440), dan adanya hubungan yang bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah 2 jam pasca pembebanan glukosa (p=0,030) dengan korelasi lemah (r=0,259). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan lingkar perut terhadap kadar gula darah menggunakan tes toleransi glukosa oral pada remaja akhir. Kata Kunci: lingkar perut, diabetes melitus, tes toleransi glukosa oral
- Obesity is one of the main factors in increasing non-communicable diseases globally. In Indonesia, the prevalence of central obesity at the age of 15 years and over continues to increase, sequentially in 2007, 2013, 2018 are 18.8; 26.6; and 31.0. Increased visceral fat is associated with abnormal metabolic events, such as decreased glucose tolerance and decreased insulin sensitivity results in an increase of blood sugar level, which are risk factors for diabetes. In an effort to predict the incidence of type 2 diabetes mellitus, abdominal circumference is a better predictor than BMI for the incidence of type 2 diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship of abdominal circumference to blood sugar levels in adolescent. This study was an observational analytic study using a cross-sectional method. Samples selected using consecutive sampling, which determined based on inclusion and exclusion criteria from the population. The total of study subject was 70 respondents. The results of the study showed a significant relationship between abdominal circumference to fasting blood sugar levels (p = 0.000) with a moderate correlation (r = 0.440), and a significant relationship between abdominal circumference and blood sugar levels 2 hours after glucose loading (p = 0.030) with a weak correlation (r = 0. 259). Conclusion of this study that there is a relationship of abdominal circumference to blood sugar levels using an oral glucose tolerance test in adolescent. Keywords: waist circumference, diabetes melitus, oral glucose tolerence test.