HUBUNGAN LINGKAR PERUT TERHADAP KADAR GULA DARAH MENGGUNAKAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL PADA REMAJA AKHIR
Main Authors: | Adnyana, Anak Agung Ngurah Krisnanta, I Wayan Surudarma, I Wayan, Desak Made Wihandani, Desak Made, Sutadarma, I Wayan Gede, Wande, I Nyoman |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Universitas Udayana
, 2020
|
Online Access: |
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/68082 https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/68082/37645 |
Daftar Isi:
- ABSTRAK Obesitas menjadi salah satu faktor utama dari peningkatan penyakit tidak menular secara global. DiIndonesia sendiri, prevalensi obesitas sentral pada umur 15 tahun ke atas terus mengalami peningkatan,secara berurutan pada tahun 2007, 2013, 2018 yaitu 18,8; 26,6; dan 31,0. Peningkatan lemak visceralberkaitan dengan terjadinya metabolik yang abnormal, seperti penurunan toleransi glukosa danpenurunan sensitivitas insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang manamerupakan faktor risiko dari terjadinya diabetes. Dalam upaya memprediksi kejadian diabetes mellitustipe 2, lingkar perut merupakan predictor yang lebih baik dibandingkan IMT terhadap kejadian daridiabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar perut terhadapkadar gula darah pada remaja akhir. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional denganmenggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakanconsecutive sampling, yang diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi pada populasi.Keseluruhan subjek penelitian berjumlah 70 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanyahubungan bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah puasa (p=0,000) dengan korelasisedang (r=0,440), dan adanya hubungan yang bermakna antara lingkar perut terhadap kadar gula darah2 jam pasca pembebanan glukosa (p=0,030) dengan korelasi lemah (r=0,259). Kesimpulan daripenelitian ini bahwa terdapat hubungan lingkar perut terhadap kadar gula darah menggunakan testoleransi glukosa oral pada remaja akhir.Kata Kunci: lingkar perut, diabetes melitus, tes toleransi glukosa oral
- Obesity is one of the main factors in increasing non-communicable diseases globally. In Indonesia, theprevalence of central obesity at the age of 15 years and over continues to increase, sequentially in2007, 2013, 2018 are 18.8; 26.6; and 31.0. Increased visceral fat is associated with abnormal metabolicevents, such as decreased glucose tolerance and decreased insulin sensitivity results in an increase ofblood sugar level, which are risk factors for diabetes. In an effort to predict the incidence of type 2diabetes mellitus, abdominal circumference is a better predictor than BMI for the incidence of type 2diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship of abdominal circumference to bloodsugar levels in adolescent. This study was an observational analytic study using a cross-sectionalmethod. Samples selected using consecutive sampling, which determined based on inclusion andexclusion criteria from the population. The total of study subject were 70 respondent. The results of thestudy showed a significant relationship between abdominal circumference to fasting blood sugar levels(p = 0.000) with a moderate correlation (r = 0.440), and a significant relationship between abdominalcircumference and blood sugar levels 2 hours after glucose loading (p = 0.030) with a weak correlation(r = 0. 259). Conclusion of this study that there is a relationship of abdominal circumference to bloodsugar levels using an oral glucose tolerance test in adolescent.Keywords: waist circumference, diabetes melitus, oral glucose tolerence test.