Studi Komparatif Fragmentatif Program IDT dengan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui Mikro Kredit Grameen Bank di Bangladesh
Main Author: | Khotimah, Ema |
---|---|
Other Authors: | LPPM Unisba |
Format: | Article info Kualitatif Studi Kasus application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Universitas Islam Bandung
, 2007
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/241 http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/241/131 |
Daftar Isi:
- Pembangunan, idealnya mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Namun yang terjadi, setelah bertahun-tahun pembangunan dijalankan, rakyat yang menderita kemiskinan masih saja dalam bilangan yang sangat besar. Di Indonesia sendiri, pasca krisis moneter tahun 1997 akibat bertambahnya pengangguran, kemiskinan yang semula terdapat di daerah pedesaan, terjadi pula menimpa orang-orang perkotaan kondisi ini di perburuk dengan kenaikan BBM tahun 2005 lalu, yang menyebabkan penduduk yang terjadinya tidak miskin menjadi miskin, dan yang sudah miskin semakin miskin akibat semakin meningkatnya harga-harga dan kebutuhan hidup. Hasil penelitian berbagai kalangan, terutama kaum ekofiminesme menunjukan bahwa, beban terberat akibat kemiskinan diderita kaum perempuan. Bila dalam pratik pembangunan kaum perempuan hanya ditempatkan sebagai obyek, maka saat oreantasi pembangunan diperbaharui pun, perempuan tetap saja termarjinalkan. DI indonesia misalnya perempuan miskin telah menjadi alat devisa negara melalui keberadaannya sebagai tenaga kerja wanita di luar negri meski tampa skill yang memadai, juga tampa ada jaminan hukum yang memadai. Terhadap pratik dan paradigma pembangunan yang dilakukan negara-negara Duinia Ketiga, banyak ahli yang mengkritisi dengan kesimpulan bahwa telah terjadi kemiskinan struktural akibat kekeliruan keragka paradigmatik konsep pembngunan Inilah yang menyebabkan program penanggulan kemiskinan tidak juga menampakan hasil sesuai yang dihapkan. proggram IDT, raskin, P2KP, JPS, semuanya hanya pemecahan masalah kemiskinan bersipat sementara. sementara selain itu, program-program yang diterapkan lebih banyak memihak kepada kepetingan pemegang kepentingan pemeggang kebijakan. Perguruan tinggi sebagai “Agent Of Chang” mengemban tugas dalam ikut serta menyelesaikan permasalahan kemiskinan. Pemenang Nobel Perdamaian Dr. Muhammad Yunus dari Bangladesh melalui Grameen Bank yang didirikannya terbukti telah menjadi contoh kongrit peran perguruan tinggi khususnya kaum akademis nya dalam pengetasan kemiskinan. Yunus juga telah membuktikan bahwa kapitalisme pada saat yang bersamaan dapat digandengkan dengan sosialisme guna kepentingan rakyat miskin.