PENGARUH KOLESTASIS INTRAHEPATIK TERHADAP KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM
Main Author: | Mulyana, Ryan Saktika |
---|---|
Format: | Article application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
, 2015
|
Online Access: |
http://ojs.unud.ac.id/index.php/obgyn/article/view/13604 |
Daftar Isi:
- Kolestasis Intrahepatik pada Kehamilan atau Intrahepatic Cholestasis of Pregnancy (ICP) merupakan gangguan hepar terbanyak yang khas terjadi dalam periode kehamilan. Sebagian besar muncul pada trimester ketiga kehamilan dengan keluhan gatal sebagai gejala khas, disertai dengan gangguan fungsi hepar pada pemeriksaan laboratorium. Kelainan lain yang bisa menjadi penyebab kolestasis yakni kelainan hepar, endokrin, maupun dermatologis harus dapat disingkirkan terlebih dahulu. Kelainan ICP menyebabkan komplikasi maternal yang ringan, namun secara nyata meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas perinatal. Komplikasi yang terbanyak antara lain persalinan preterm, kematian janin dalam rahim, dan fetal distress. Kolestasis adalah retensi sistemik unsur-unsur pokok sistem bilier akibat dari gangguan pembentukan dan sekresi serta gangguan aliran empedu, diikuti dengan berkurangnya jumlah asam empedu dalam saluran cerna, serta akumulasi zat toksik dalam hepar dan sirkulasi sistemik. Kolestasis disebabkan oleh penyebab ekstrahepatik maupun intrahepatik. Pengetahuan tentang etiologi yang mendasari kelainan ICP telah menunjukkan perkembangan dalam dekade terakhir bahwa kelainan ini didasari oleh kelainan mutifaktorial yang melibatkan faktor hormonal, genetik serta lingkungan. Tujuan utama penanganan farmakologis pada kasus kehamilan dengan komplikasi ICP adalah meperbaiki gejala maternal serta luaran perinatal. Penggunaan ursodeoxycholic acid (UDCA) kini merupakan penanganan yang menjanjikan dalam penanganan ICP dibandingkan dengan terapi lainnya. UDCA merupakan asam empedu hidrofilik, tanpa efek samping baik pada ibu maupun janin. Belum ada metode yang paling ideal dalam memprediksi luaran perinatal yang terbaik pada kasus ICP. Secara tidak langsung pengobatan untuk mengurangi kadar asam empedu pada ibu juga dapat mengurangi risiko komplikasi pada janin. Kasus kematian janin pada ICP tidak dapat diprediksi dengan pemantauan antenatal yang rutin dilakukan, namun demikian pemantauan status janin adalah tetap direkomendasikan pada kasus-kasus ICP. Manajemen obstetri yang terbaik adalah mempertimbangkan risiko prematuritas dengan risiko kematian janin dalam rahim. Belum ada data yang memadai untuk mendukung ataupun menolak prosedur induksi persalinan lebih awal pada usia kehamilan 37 minggu untuk mengurangi risiko kematian janin. Pertimbangan waktu terminasi bersifat sangat individual pada masing-masing kasus.