INFEKSI KLAMIDIA TRACHOMATIS SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB OKLUSI TUBAFALOPI

Main Author: Suardika, Anom
Format: Article application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana , 2015
Online Access: http://ojs.unud.ac.id/index.php/obgyn/article/view/13556
Daftar Isi:
  • Sekitar 10-15% pasangan di dunia mengalami masalah infertilitas. Jumlah pasangan infertil di dunia maupun di indonesia semakin bertambah, terjadi peningkatan jumlah pasangan infertil sekitar 2% setiap 5 tahun. Penyebab infertilitas sendiri sangat beragam, namun sekitar 70-75% penyebab infertilas diperoleh dari masalah yang terjadi pada wanita dari banyak hasil studi menyatakan oklusi tuba dan perlengketan pada adneksa terjadi pada 30-35% wanita infertil baik yang terjadi pada wanita usia muda maupun yang lebih tua. Hal ini menempatkan faktor tuba sebagai salah satu masalah terbesar dalam infertilitas. PRP (Penyakit Radang Panggul) merupakan penyebab terbesar infertilitas dari faktor tuba dan juga kehamilan ektopik. Ascending infectiontanpa gejala merupakan penyebab tersering kerusakan pada tuba. Banyak dari wanita dengan riwayat PRP didapatkan terdeteksi memiliki antibodi klamidia pada infeksi sebelumnya. Infeksi klamidia trachomatis dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium terhadap antibodi dalam serum baik Ig G maupun Ig M anti klamidia trachomatis.Cara ini akurat, efisien dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam menentukan adanya infeksi chlamydia trachomatis.Dengan diketahuinya hubungan langsung antara infeksi klamidia dengan angka kejadian oklusi tuba, maka pembuktian tersangka oklusi tuba dapat diperkirakan dari pendeteksian adanya infeksi chlamydia pada seorang wanita, dimana tindakan ini bukan merupakan tindakan invasif dengan resiko dan biaya yang lebih rendah. Prognosis sangat baik bila di diagnosa dan diobati lebih dini. Risiko infertilitas meningkat pada infeksi yang berulang. Reinfeksi dapat dicegah bila semua partner seksual diobati