Daftar Isi:
  • Galangan di Indonesia sejauh ini masih menghadapi permasalahan yang sama yaitu keterlambatan pembangunan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu terjadi yaitu pergantian mitra kerja yang kerap dilakukan. Salah satu sistem yang memiliki beban kerja cukup besar yaitu sistem pipa. Metode eksisting yang saat ini diterapkan yaitu berdasarkan setiap sistem pipa yang ada. Metode pembangunan eksisting tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap waktu penyelesaian pekerjaan dan tidak mempercepat proses produksi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis secara teknis dan ekonomis penerapan metode Pipe Piece Family Manufacturing (PPFM) pada instalasi sistem perpipaan kapal tanker. Metode tersebut dilakukan dengan mengelompokkan pipa yang memiliki atribut desain dan manufaktur yang cukup mirip. Sistem perpipaan yang menjadi objek penelitian diantaranya cargo oil piping system, fresh water piping system, dan machinery cooling piping system. Teknis pengerjaan sistem perpipaan tersebut dikelompokkan berdasarkan klasifikasi pipa sesuai metode PPFM diantaranya PPFM No. 01 (Straight, ND ≤ 50 mm), PPFM No. 04 (Straight, ND ≥ 200 mm), PPFM No. 07 (Straight, ND ≥ 250 mm), PPFM No. 51 (Assembled, ND ≤ 50 mm), PPFM No. 54 (Assembled, ND ≥ 200 mm), PPFM No. 57 (Assembled, ND ≥ 250 mm), dan PPFM No. 95 (Unit Assembled). Tahap pembangunan (level manufacturing) dalam metode PPFM terdiri dari tujuh tingkat pengerjaan yaitu material receiving, pipe fabrication, pipe piece assembly, pipe piece joining, testing & coating, dan palletizing. Waktu pembanguan yang dibutuhkan dalam penerapan metode tersebut yaitu 32 hari kerja, berkurang hingga 20% apabila dibandingkan dengan kondisi eksisting. Biaya pekerja yang dibutuhkan dapat berkurang hingga 1.917% apabila dibandingkan dengan kondisi eksisting. Biaya investasi dalam penerapan metode PPFM sebesar Rp 111,330,000 (Seratus Sebelas Juta Tiga Ratus Tiga Puluh Ribu Rupiah).