Daftar Isi:
  • Pengadaan material bangunan berdampak negatif terhadap lingkungan yang sebagian besar disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam dan penggunaan energi dalam kegiatan pembangunan. Pada rancangan wisata perumahan permatecture, pendekatan permatecture dihadirkan dengan melihat arsitektur sebagai sebuah siklus alam, siklus hidrologi, agar tidak menjadi kontras dan memberikan masalah baru pada keseimbangan alam sehingga menciptakan sistem tanpa sampah. Objek rancang berada di Desa Gandri, Ngawi dimana terjadi krisis air tanah. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, pemilihan, pemanfaatan, daur hidup material bangunan, hingga desain bangunan menjadi hal yang sangat penting. Dilakukan pengumpulan data melalui literatur dan survei, yang kemudian dilakukan analisis dan sintesis terhadap data tersebut sehingga dapat memunculkan ide desain. Pada lahan perumahan permatecture, bambu merupakan material yang banyak tumbuh sehingga material ini digunakan sebagai bahan bangunan utama. Bambu apus digunakan untuk kolom yang membutuhkan kuat lentur (melengkung), bambu petung untuk kolom tegak, dan bambu ori untuk ornamen seperti fasad, pintu, dinding, dan lainnya. Bambu mudah rusak sehingga perlu untuk mengganti bahan setiap 8 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pengadaan bahan substitusi, tanaman bambu juga akan ditanam di lahan tersebut. Bahan bangunan bambu menjadi lebih berkelanjutan untuk kedepannya.