Daftar Isi:
  • Dalam mencapai kesembuhan diperlukan adanya input-input positif tertentu yang diterima oleh seseorang yang sedang mengalami penyakit terkait. Input positif yang paling lazim diterapkan adalah berupa perbuatan medis yang berkaitan secara eksplisit dengan seseorang dengan penyakit tersebut. Pemanfaatan input positif demi kesembuhan melalui translasi dan modifikasi elemen arsitektural yang digunakan secara konvensional nyatanya belum memanfaatkan potensi yang ada secara maksmial. Ruang Terapetik sebagai salahsatu wadah untuk mentranslasikan arsitektur kedalam persepsi para penggunanya dalam bentuk efek menyembuhkan. Oleh karena itu eksplorasi dari modifikasi elemen arsitektural untuk membentuk ruang terapetik ini perlu dilakukan. Untuk menemukan modifikasi elemen arsitektural yang tepat digunakan metode Studi Preseden pada rancangan-rancangan yang relevan untuk menemukan rangkaian inovasi berupa metode penghadiran elemen alami sebagai distraksi positif kepada para pasien sehingga suatu ruang dapat bersifat menyembuhkan. Kemudian digunakan Kerangka berfikir berbasis force untuk menentukan bagaimana bangunan bisa dikategorikan sensitif terhadap penyakit tertentu, dimana penyakit yang dimaksud adalah kelainan mental berupa trauma. Dengan menggunakan gejala trauma sebagai dasar dalam mengambil keputusan rancang didapatkanlah modifikasi substansi arsitektur yang tepat. Dengan konsep mengenai penghadiran distraksi melalui studi preseden serta respon gejala trauma yang telah dilakukan, didapat sebuah kriteria-kriteria mengenai modifikasi elemen- elemen arsitektural yang dapat diterapkan sehingga rancangan nanti dapat bersifat menyembuhkan. Penghadiran substansi massa yang bersifat dinamis dan jauh dari kesan mencekam, serta substansi material yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan elemen alami.