Konsep Arsitektur sebagai Katalis dalam Mengatasi Degradasi Budaya: Sasana Budaya Ndalung
Main Authors: | Toyyibah, Wardatut; Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Setijanti, Purwanita; Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/69022 http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/69022/6946 http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/downloadSuppFile/69022/32959 http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/downloadSuppFile/69022/32963 http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/downloadSuppFile/69022/32964 |
Daftar Isi:
- Konsep arsitektur sebagai katalis kebudayaan merupakan sebuah manifestasi dari bagaimana arsitektur dapat mempercepat kesadaran berbudaya masyarakat, dimana dalam perancangan ini mengambil konteks budaya Pandalungan di Jember. Adanya fenomena degradasi nilai budaya, ketidaksadaran masyarakat akan fenomena Pandalungan, serta urgensi identitas yang perlu ditanamkan. Arsitektur sebagai katalis kebudayaan dihadirkan untuk menjadi stimulus percepatan kesadaran berbudaya melalui user movement yang terbentuk. Perancangan ini bermaksud untuk menghadirkan fasilitas publik berupa Sasana Budaya Ndalung sebagai katalis kebudayaan melalui ruang edukasi yang bersifat naratif. Efek katalis diwujudkan dengan membentuk persepsi visual user melalui pengalaman spasial tertentu. Pendekatan fenomenologi dengan metodologi arsitektur naratif digunakan untuk merespon permasalahan desainnya. Untuk mewujudkan konsep naratif, perancangan ini mencoba menghadirkan narasi Pandalungan dari masa lalu, masa kini, hingga masa depan secara flashback. Sebagai tambahan, efek katalis kebudayaan juga ditinjau dari karakteristik Pandalungan, aspek lokalitas, serta perhatian terhadap konsep user movement, sebagai manifest function sebuah ruang kultural.