Daftar Isi:
  • Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2035. Fenomena ini tidak dapat dipisahkan dari mayoritas populasi Generasi Milenial. Kebutuhan perumahan yang terjangkau dan tingkat pengangguran yang tinggi karena lingkungan kerja yang kurang nyaman menjadi hal yang krusial bagi Generasi Milenial dalam menghadapi fenomena bonus demografi. Dengan menggunakan konsep co-living, perancangan ini berusaha untuk menghadirkan suatu tipologi baru dengan mengintegrasikan fungsi hunian dan tempat kerja di dalam satu objek rancang. Pendekatan arsitektur perilaku dengan metode utama behavior mapping dalam kerangka berpikir force-based framework digunakan untuk menjawab permasalahan terkait pola dan karakteristik Generasi Milenial dalam aspek work, life, and social. Metode behavior mapping dengan teknik place centered mapping yang diterapkan pada objek Koridor Co-working Space berfungsi untuk menghasilkan kebutuhan ruang, programming, kriteria desain, dan konsep desain. Objek rancang yang dihasilkan berupa hunian vertikal dengan sistem economic sharing bagi urban middle class millenial yang bekerja pada industri kreatif prioritas. Adanya konsep berbagi ruang tinggal yang didukung dengan konsep rumah tumbuh dapat memeberikan pilihan alternatif hunian terjangkau bagi Generasi Milenial di perkotaan. Selain itu, berbagi ruang kerja dan hunian dapat menjadi wadah bagi start-up kreatif untuk mengejar produktivitas dan kolaborasi antar partner. Agar objek rancang dapat menjadi katalis interaksi antar penghuni dan menciptakan ruang publik yang aktif, maka ruang komunal memiliki hirarki dan menggunakan konsep open layout. Dengan adanya objek rancang yang berbasis generasi ini diharapkan dapat meningkatkan resiliensi dan produktivitas Generasi Milenial dalam menghadapi bonus demografi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.