Daftar Isi:
  • Bidang ekonomi menjadi salah satu faktor adanya urbanisasi. Akibatnya kaum urban harus menetap di sekitar tempat mereka bekerja dan membuat daerah perkotaan menjadi kawasan padat. Tingginya permintaan lahan untuk permukiman tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan sehingga masyarakat mencari alternatif lahan kosong untuk tinggal misalnya bantaran rel, bantaran sungai, dan pinggiran kota. Bantaran sungai yang merupakan lahan ilegal menjadi salah satu berkembangnya kawasan kumuh karena dijadikan halaman belakang dari suatu kawasan. Hal ini seperti Sungai Kalimas yang dahulu kala menjadi pusat peradaban namun berangsur mengalami kemunduran dan penurunan citra kualitas sungai. Permasalahan diatas membutuhkan respon yaitu sebuah hunian vertikal di tepi sungai untuk menyiasati sempitnya lahan yang memiliki fasilitas untuk mengembangkan keterampilan penghuninya. Menggunakan pendekatan arsitektur perilaku, gagasan ini berusaha memindahkan masyarakat dari hunian horizontal menjadi hunian vertikal. Sebagai bangunan yang berada di tepi Sungai Kalimas, konsep waterfront architecture digunakan agar dapat selaras dengan lingkungan dan menjadikan sungai sebagai muka depan suatu kawasan. Perwujudan muka depan dari kawasan ini dengan adanya water-enjoyable-space yaitu zona transisi yang menjadikan tepian sungai menjadi ruang bersama dengan harapan menjadi muka depan bagi kawasan tersebut.