Penampilan 12 Genotip Sorgum (Sorghum bicolor L.) pada Musim Hujan
Main Authors: | Rizki, Alif Nur; Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya, Damanhuri, Damanhuri; Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya |
---|---|
Format: | Article application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/protan/article/view/1215 |
Daftar Isi:
- Sorgum merupakan tanaman serealia terpenting setelah padi, jagung, gandum, dan barley. Saat ini permintaan terhadap komoditas sorgum terus meningkat seiring kebutuhannya dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif, bahan pakan serta bahan baku industri bioetanol. Sentra tanaman sorgum tersebar di sebagian daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dalam kurun waktu 2005-2011, produksi sorgum tercatat sebesar 39.837 ton atau rata-rata 6.639 ton per tahun, sedangkan luas areal panen sorgum sampai tahun 2011 adalah sebesar 3.607 ha (Direktorat Budidaya Serealia, 2012). Perkembangan produksi dan luas areal panen yang masih rendah ini salah satunya dikarenakan penanaman sorgum masih terbatas pada daerah-daerah beriklim kering atau musim hujan pendek. Usaha pengembangan tanaman sorgum dengan melalukan perluasan areal sangat diperlukan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menggunakan varietas yang adaptif ditanam pada musim hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan 12 genotip sorgum yang ditanam pada musim hujan. Penelitian dilaksanakan di desa Donowarih, Karangploso, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur pada bulan Desember 2017 – Mei 2018. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri dari 12 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh genotip yang berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman; umur berbunga; umur panen; diameter batang; panjang malai; diameter malai; bobot malai per tanaman; bobot biji per tanaman; bobot malai per petak; produksi per hektar. Genotip P10 memiliki nilai rata-rata tertinggi pada parameter tinggi tanaman; panjang malai; bobot malai per petak; bobot biji per tanaman; dan produksi per hektar.