Differences Nutritional Content Of Cassava With Monoculture System And Intercropping System With Corn And Soybean Plants

Main Authors: Arief, Ratna Wylis, Asnawi, Robet, Endriani, Endriani
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Politeknik Negeri Lampung , 2022
Online Access: https://jurnal.polinela.ac.id/jppt/article/view/2169
https://jurnal.polinela.ac.id/jppt/article/view/2169/1536
Daftar Isi:
  • Intercropping is a cropping pattern that uses more than one commodity on the same land, with the aim of increasing farmers' income and reducing the risk of crop failure from one particular commodity. In the intercropping pattern, it is necessary to pay attention to the root system of plants so that they do not overlap each other. So far, the intercropping pattern has only been considered in terms of the productivity of each plant, without paying attention to differences in the nutritional value of the main plant. Therefore, in this study an analysis of the nutritional value of the main plant used was cassava. The treatments applied were 3 types of cropping systems, namely: A= Double row monoculture cassava planting system; B = Double row cassava-corn intercropping system; and C = Double row cassava-soybean intercropping system. The results showed that the intercropping pattern of cassava and corn produced cassava tubers with the highest protein content (2.11%), fat (0.10%), and crude fiber (1.31%) and HCN content (0.10%). 08 mg/g) which was the lowest compared to other treatments. While the monoculture cassava cropping pattern produced cassava tubers with the highest starch content (16.82%) compared to other treatments. Keywords: cassava, intercropping, nutrition, monoculture
  • Pola tanam tumpangsari merupakan pola tanam yang menggunakan lebih dari satu komoditas pada lahan yang sama, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi resiko kegagalan panen dari satu komoditas tertentu. Pada pola tanam tumpangsari perlu diperhatikan adalah sistem perakaran tanaman agar tidak saling tumpeng tindih. Selama ini pada pola tanam tumpang sari hanya diperhatikan dari segi produktifitas masing-masing tanaman, tanpa memperhatikan perbedaan nilai gizi tanaman utamanya. Oleh sebab itu pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap nilai gizi tanaman utama yang digunakan yaitu ubikayu. Perlakuan yang diterapkan adalah 3 jenis sistem tanam yakni: A= Sistem tanam ubikayu double row monokultur;  B = Sistem tanam double row  tumpangsari ubikayu-jagung;  dan C = Sistem tanam double row  tumpangsari ubikayu-kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola tanam tumpang sari ubikayu dan jagung menghasilkan umbi ubikayu dengan kandungan protein (2,11%), lemak (0,10%), dan serat kasar sebesar (1,31%) yang tertinggi dan kadar HCN (0,08 mg/g) yang terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sementara pola tanam ubikayu monokultur, menghasilkan umbi ubikayu dengan kadar pati yang tertinggi (16,82%) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kata kunci: gizi, monokultur, tumpang sari, ubikayu