Monitoring efikasi pengobatan kombinasi Artesunate-Amodiaquine (AAQ) pada penderita malaria Plasmodium falciparum tanpa komplikasi di Sulawesi Tenggara
Main Authors: | Widjaja, Junus; Badan Litbang Kesehatan, Anastasia, Hayani; Badan Litbang Kesehatan, Sumolang, Phetisya Pamela Frederika; Badan Litbang Kesehatan, Lobo, Leonardo Taruk; Badan Litbang Kesehatan |
---|---|
Format: | application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Ministry of Health Republic of Indonesia, NIHRD
, 2015
|
Online Access: |
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/3630 |
Daftar Isi:
- Abstract. Malaria is one of the leading causes of mortality in risk populations such as infants, children, and pregnant women. Moreover, antimalarial drugs resistance, particularly Plasmodium falciparum malaria, has become a major problem in malaria control. South-East Sulawesi is a malaria endemic area where about 28,205 and 32,040 cases of malaria were reported in 2010 and 2011, respectively. Artesunate-amodiaquine combination therapy (AAQ) has been used since 2004 as first-line treatment for uncomplicated P. falciparum malaria in South-East Sulawesi. Therefore, monitoring its therapeutic efficacy is essential to stopping the spread of ACT resistance. To monitor the therapeutic efficacy of AAQ in South-East Sulawesi, a single-arm prospective study was conducted. Subjects, who received AAQ, were followed-up for 28 days. The results showed that the proportion of clinical and parasitological cure on day-28 without recrudescence was 100%. Moreover, no parasites were found on day-3 of follow-up. Keywords: Malaria, Plasmodium falciparum, Artesunate Amodiaquine (AAQ), South-East Sulawesi Abstrak. Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian terutama pada kelompok risiko tinggi seperti bayi, balita dan ibu hamil. Salah satu kendala dalam pemberantasan malaria adalah kegagalan pengobatan, karena resistensi parasit terhadap obat anti malaria. Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan daerah endemis malaria di Indonesia, selama tahun 2010 ditemukan 28.205 kasus malaria dan tahun 2011 ditemukan 32.040 kasus malaria dan sejak tahun 2004 telah menggunakan AAQ. Penelitian merupakan studi prospektif single-arm, parasitologis dan klinis, subyek diamati selama 28 hari untuk yang diobati dengan AAQ. Sampel paling banyak adalah laki-laki sebesar 89%, sedangkan perempuan sebesar 11%. Pada umumnya subyek penelitian berusia produktif sebesar 78% dan anak-anak 22%. Pengamatan selama 28 hari respon parasitologis sesudah pengobatan hari bebas parasit pada hari ke-2 (H2). Respon gametosida berupa hari bebas parasit ditemukan pada ke-3 (H3). Dianalisis dengan menggunakan lembar analisis pada Excel spreadsheet. Artesunate Amodiquine (AAQ) yang diberikan selama 3 hari pada penderita malaria Plasmodium falciparum tanpa komplikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan respon baik yaitu respon parasitologis dan klinis yang memadai sebesar 100%. Kata kunci: Malaria, Plasmodium falciparum, Artesunate Amodiaquine (AAQ), Sulawesi Tenggara