SEBARAN DAN KEPADATAN POPULASI SIAMANG (Symphalangus syndactylus Raffles, 1821) DI CAGAR ALAM DOLOK SIPIROK DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA
Main Authors: | Kwatrina, Rozza Tri, Kuswanda, Wanda, Setyawati, Titiek |
---|---|
Other Authors: | Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan |
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/view/481 http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/view/481/465 |
Daftar Isi:
- Siamang (Symphalangus syndactylusRaffles, 1821) merupakan satwa primata yang di Indonesia hanya dapat dijumpai di Pulau Sumatera dan saat ini populasinya terancam akibat tingginya laju kerusakan habitat di wilayah ini. Distribusi siamang di habitat aslinya sebagian besar hanya tinggal pada kawasan konservasi dan kawasan lindung lainnya. Informasi distribusi dan kepadatan populasi siamang di habitat aslinya merupakan sarana penting dalam upaya pelestarian secara insitu. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sebaran dan kepadatan populasi siamang di Cagar Alam Dolok Sipirok (CADS), Sumatera Utara. Metode jalur transek (line transect method) digunakan untuk menduga populasi siamang, dan komposisi kelompok diduga berdasarkan fase umurnya. Siamang yang dijumpai di CADS dan sekitarnya sebagian besar tersebar pada ketinggian 900-1.200 m dpl. Jumlah populasi siamang yang dijumpai adalah 24 individu, tersebar dalam tujuh kelompok. Sebanyak 81,8% kelompok atau individu dijumpai di hutan lahan kering primer, sedangkan sisanya sebanyak 9,1% dijumpai di hutan lahan kering sekunder dan pinggiran sungai di dekat pertanian lahan kering. Rata-rata ukuran kelompok adalah 3,43 individu/kelompok dengan kepadatan kelompok sebesar 3,71 kelompok/km2. Dugaan kepadatan siamang adalah 9,91±3,4 individu/km2 dengan nilai CV 0,22. Distribusi umur siamang menunjukkan bahwa kelas umur bayi dan anak paling sedikit di antara kelas umur lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa populasi siamang di CADS dan sekitarnya berpotensi mengalami penurunan pada masa yang akan datang. Pengayaan habitat sangat diperlukan sebagai upaya konservasi secara in-situ siamang tersebut.