UJI COBA PENANAMAN DUABANGA (Duabanga moluccana Blume) DENGAN SISTEM TUMPANGSARI DI RARUNG, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT UJI COBA PENANAMAN DUABANGA (Duabanga moluccana Blume) DENGAN SISTEM TUMPANGSARI DI RARUNG, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Main Author: | Surata, I Komang |
---|---|
Other Authors: | Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan |
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/view/1217 http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/view/1217/1138 |
Daftar Isi:
- Duabanga (Duabanga moluccana Blume) merupakan hasil hutan kayu yang sangat penting di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) karena mempunyai produksi dan nilai ekonomi yang cukup tinggi, jenis pohon cepat tumbuh, daur pendek, dan merupakan jenis endemik di NTB. Dewasa ini populasinya sudah semakin menurun karena eksploitasi yang dilakukan secara terus-menerus tanpa perhitungan, illegal logging, dan keberhasilan regenerasi yang masih rendah, baik melalui pengayaan di kawasan hutan bekas tebangan dan pembuatan hutan tanaman. Oleh karena itu untuk pengembangan duabanga perlu dukungan teknologi penanaman. Paket teknologi penanaman. yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara dalam skala kecil (riset) perlu diujicobakan dalam bentuk plot pengembangan yang lebih luas sebelum dipakai oleh pengguna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi hasil uji coba paket teknologi penanaman duabanga dalam skala yang lebih luas dengan sistem tumpangsari. Metode uji coba menggunakan plot seluas lima ha. Penanaman duabanga dilakukan dengan menggunakan bibit umur enam bulan, jarak tanam 3 m x 3 m. Penanaman dilakukan dalam bentuk tiga plot model sistem tumpangsari antara lain padi ladang (Oryza sativa L.), jagung (Zea mays L.) sampai umur dua tahun, dan talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) sampai umur lebih dari tiga tahun. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan NPK 120 g/pohon yang dilakukan dua kali yaitu pada umur tiga bulan dan satu tahun. Penjarangan dilakukan dengan metode penjarangan bebas yaitu pada umur empat tahun (jarak tanam menjadi 6 m x 6 m) dan pada umur tujuh tahun (jarak tanam menjadi 6 m x 9 m). Hasil uji coba menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman duabanga pada umur 10 tahun setelah tanam dinilai cukup baik, dengan pertumbuhan rata-rata tinggi 15,35 m, diameter 31,28 cm, dan produksi volume kayu 131,56 m3/ha. Pertumbuhan tegakan duabanga setelah penjarangan mengalami pertambahan riap tinggi, diameter, dan produksi kayu. Produksi kayu-kayu hasil penjarangan tahun ke-4 sebesar 3,47 m3/ha dan tahun ke-7 sebesar 48 m3/ha. Sedangkan hasil rata-rata produksi tanaman tumpang sari padi ladang 762,7 kg/ha, jagung 1.216,85 kg/ha, dan talas 752,25 kg/ha. Penanaman duabanga dengan sistem tumpangsari menurunkan kandungan C-organik, N, dan P sampai tahun ketiga dan meningkat pada tahun kelima dan ketujuh.