Cerpen 'Rumah Yang Terang': Refleksi Hilangnya Pesona Masyarakat Desa dalam Kumpulan Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari

Main Author: Sulistyo, Hary
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Universitas Muhammadiyah Surakarta , 2018
Subjects:
Online Access: http://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/6165
http://journals.ums.ac.id/index.php/humaniora/article/view/6165/3884
Daftar Isi:
  • Salah satu cerpen karya Ahmad Tohari adalah Rumah yang Terang, dalam kumpulan cerpen Senyum Karyamin (2013). Cerpen tersebut merekam peristiwa masuknya listrik ke suatu desa. Seperti dinarasikan di dalam cerpen tersebut, keberadaan listrik berdampak secara signifkan terhadap masyarakat baik secara positif maupun negatif. Segi positif menghadirkan perubahan secara fsik dengan keberadaan lampu dan fasilitas lainnya untuk menunjang kehidupan masyarakat. Di sisi lain, segi positif tersebut berdampak negatif yaitu “matinya” budaya dan sisi-sisi kemanusiaan dengan hadirnya teknologi yang berdampak pada perubahan perspektif dan menjadikan mereka sebagai pasar untuk kapitalisme lanjut dengan keberadaan teknologi dan informasi. Rumusan masalah tulisan ini mengenai persoalan-persoalan yang hadir dalam masyarakat berkaitan dengan keberadaan teknologi dan informasi setelah hadirnya listrik yang memungkinkan masyarakat mengalami ketergantungan dan perubahan pola pikir karena interaksi dengan dunia luar. Metode penulisan ini dengan menunjukkan bentuk-bentuk inhumanisme masyarakat dalam cerpen tersebut. Teori yang digunakan adalah teori postmodernisme Jean Francois Lyotard sebagaimana dijelaskan oleh Struart Sim mengenai kondisi Nirmanusia. Hasil dari pembahasan ini adalah Inhumaisme dalam masyarakat desa yang diakibatkan oleh hadirnya listrik sebagai pondasi awal hadirnya teknologi dalam bentuk hilangnya kebiasaan-kebiasaan kultural bagi masyarakat setempat, baik dalam hal kebiasaan merespons alam atau konflik-konflik baru pasca hadirnya listrik dalam masyarakat. Hal itu terjadi karena hadirnya artifcial life, menggantikan peran alam yang selama ini menjadi bagian kehidupan masyarakat seperti keberadaan rembulan. Akses informasi yang diperoleh oleh masyarakat setelah mengenal teknologi yang menghadirkan nilai-nilai baru dan berbeda dengan nilai-nilai yang mereka miliki sebelumnya sebagai masyarakat komunal.