Hubungan status konsumsi energi dan status gizi anak umur 6-18 tahun di panti sosial asuhan anak se DKI Jakarta dan Tangerang 1999
Main Authors: | Mochamad Rachmat, author, Add author: Ratna Djuwita, supervisor |
---|---|
Format: | Masters Bachelors |
Terbitan: |
Universitas Indonesia
, 2001
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lontar.ui.ac.id/detail?id=92753 |
Daftar Isi:
- Krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti meningkatnya jumlah anak yang mendeiita gizi bumk. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap timbulnya masalah gizi bumk adalah anaI<~anak terlantar. Lembaga sosial yang menangani anak-anak terlantar tefsebut adalah PSAA (panti sosial asuhan anak). Sebagai Iembaga sosial yang menangani anak-anak terlantar, PSAA scnantiasa bcmpaya membina anak-anak asuhnya agar menjadi generasi sehal. Unmk membina anak-anak asuh yang sehat salah satu faktor yang diperlukan adalah penyediaan makanan yang dapat memenuhi keculcupan gizi seirnbang. Dengan texjadinya krisis ekonomi, ditengarai PSAA mengaiami penurunan pelayanan, khususnya di dalam penyediaan makanan_ Dalam rangka mengetahui keadaan gizi anak-anak asuh di PSAA dilakukan penelitian status gizi dan konsumsi makanan di sejumlah lembaga PSAA di DK1 Jakarta dan Tangerang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anlara konsumsi energi dan status gizi serta faktor-taktor lain yang terkait pada anak umur 6-18 mhun di PSAA se-wilayah DKI Jakarta dan Tangerang pada tahun 1999. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder hasil survai penilaian status gizi dan konsumsi makanan pada sejumlah lembaga PSAA di wilayah DKI Jakarta dan Tangerang yang dilakukan oleh Subdirektorat Bina Gizi di Institusi Direktorat Bina Gizi Masyarakat Deparlemen Kesehatan Republik Indonesia. Rancangan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah rancangan 'cross sectional" yang melibatkan 308 orang responden yang berasal dad 48 PSAA Sebagai variabel terikat adalah status gizi yang ditentukan berdasarkan indeks TB/U dan indeks BB/U menggunakan "Z~scorc". Sedangkan variabel bebas yang ingin dipclajari kaitannya dengan status gizi adalahz status konsumsi energi, status konsumsi protein, status konsumsi zat besi (Fc), lama tinggal anak di PSAA, umur_ dan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berstatus gizi tergolong KEP berdasarkan indeks TBIU sebcsar 49,7% dan berdasarkzm indeks BB/U sebesar 32,8%. Sebagian besar responden tergolong berstatus konsumsi kritis, baik konsumsi encrgi, konsurnsi protein, maupun konsumsi zat best (Fc) yakni masing-masing Sebesar 54,5%, 62,0% dan 68,2%. Terdapat hubungan signifikan antara vmiabel Status konsumsi cnergi dan status gizi dengan angka OR sebesar 1,7 (p=0,000l; 95%CI: 1,2--2,2) pada indeks TB/U aan OR sebesar 2,2 (p=0,0067; 95%C1: 1,2--3,s) pada indeks BB/U. Berdasarkan indeks BB/U kemungkinan responden yang telah tinggal di PSAA selama 2 36 bulan untuk ter!-cena KEP sebesar 0,59 kali (p=0,0325; 95%CI: 0,36--0,95) dibandingkan dengan mercka yang tinggal di PSAA < 36 bulan. Rjsiko rcsponden perempuan untuk menderita KEP sebesar 0,59 kali (p=0,0230; 95%CI: 0.3 s-41.93 ) pada indeks Tnfu am 0,42 kati (p=0,000S; 9s%c1; 0.25--0.68 ) pada indeks BB/U dibandingkan dengan responden laki-laki. Dari hasil analisis regresi ganda logistik terhadap variabel tedkat status gizi berdasarkan indeks TB/U diperoleh model persamaan regesi sebagai berilcut: Ln p/1-p; -0.4482 + 0.9090 (status konsumsi energi) + 0.3129 (status konsumsi protein) - 0.7004 (un1ur)- 0.4208 (jenis kelamin). . ' Sedangkan berdasarkan indeks BB/U model persamaan regresi yang diperolch adalah sebagai berikut: Ln p/I-pg -0.9249 + 0.9116 (status konsumsi enefgi) + 0.5611 (status konsumsi protein) - 0.6561 (lama Linggal di PSAA) - 0.8256 (ienis kelamin) - 0.3110 (umur). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh disarankan agar pihak yang terkait dengan PSAA dapat memberi perhatian lebih agar PSAA dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan yang disajikan bagi anak asuhnya. Masih diperlukan penelitian serupa terhadap populasi di komunitas yang meliputi lebih banyak lagi variabel bebas sehingga didapatkan gambaran yang sesungguhnya di masyarakat. <hr> <b> Abstract </b><br> A long term of the economic crisis effect to the negative impact of social life aspects, such as the increment of under nutrition problem. One of the hirnerable group of under nutrition are the neglected children- Orphanage is a social institution which responsible to neglected children. This institution have to raised , guide and caring the children become a healthy generation. Providing a balance (nutrition) diet as an imponant fitctor to meet the requirement of growth phase of each child. In line with the economic crisis, we assume that there is a decreasing food availability in the orphanage, named PSAA (panti sosial asuhan anak). This study was conducted to investigate the nutritional status and food consumption of children in the Jakarta and Tangerang orphanages. The aim of the study is to examined the relationship between energy consumption and nutritional status included its related factors of children 6 to 18 years of ages in Jakarta and Tangerang in 1999. The study was analysed the secondary data from the survey of nutritional status and food consumption at some PSAA which execute by Nutrition Board of Indonesian Ministry of Health. The design of this study was Cross sectional, 308 respondents were involved from 48 PSAA_ Nutritional status as the dependent variable determined by height for age and weight for age using Z-score. The independent variables which related to nutritional status were: energy consumption status, protein consumption status, length of stay in the orphanage, age, and gender. The result of this study shows that the prevalence of protein energy malnutrition (PEM) is 49.7% (height for age) and 32.8% (weight for age). Most of the respondents are catagoties as critical consumption, included energy consumption, protein consumption, and iron consumption was 54.5%, 62.0%, and 68.2% respectedly. Significance relationship was found between energy consumption status and nutritional status (OR= 1.7; at p-value=0.000l; 95%Cl: l_3-2.2) using height for age indices and OR = 2.2 (p=0.0067; 95%Cl: 1_2--3.8) using weight for age indices. Based on weight for age. the risks of respondent who stayed at orphanage for 36 months or more to become PEM was 0.59 times (p=0.0325; 95%CI: 0,36--0.95) compared to them whose stayed less then 36 months in the orphanage. The risks of female respondents to become PEM was 0.59 times (p=0.0230; 95%Cl:0.38-0.93) using height for age and 0.42 times (p=o.ooo5; 95%CI: 025-- O.68) using weight for age compared to male respondents. The result of logistic multiple regression analysis to nutritional status as a dependent variable using height for age was finding the regression model as follows: Ln p/l-p : -0.4482 + 0.9090 (energy consumption status) + 0.3129 (protein consumption status) - 0.7004 (age) - 0.4208 (gender). While based on weight for age, the regression equation was: ln p/1-p: -0.9249 + 0.91 I6 (energy consumption status) + 0_5611 (protein consumption status) - O.656l (length of stayed in orphanage) - 0.8256 (gender) - 0.3110 (age). Refers to the result of this study, we rocommand to every institution or non goverment organization (NGO) which relate to orphanage could give their participation, funding and guidance in order to increase the quantity and quality of food consumed by the orphanage child. This study recommend a further study in order to know the real condition of this problem especially in others independent variables.