Semangat derision dalam drama kontemporer telaah badingan dua lakon: Kapai-kapai karya Arifin C. Noer dan Badak-badak karya Eugene Ionesco
Main Authors: | Talha Bachmid, author, Add author: Achadiati Ikram, 1930-, promotor, Add author: Corvin, Michel, co-promotor |
---|---|
Format: | Doctoral Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
, 1990
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lontar.ui.ac.id/detail?id=91139 |
Daftar Isi:
- Pada umumnya, situasi sosial-politik-budaya yang melatarbelakangi timbulnya keresahan, mendorong para penulis untuk memberontak terhadap kaidah-kaidah sastra sebagai cermin kemapanan, demi mengungkapkan protes terhadap realita hidupyang dihadapi maupun terhadap kaidah sastra itu sendiri. Protes dilancarkan melalui cara tertentu, dan salah satunya melalui sikap mengejek atau menertawakan. Semangat mengejek itu disebut semangat derision. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua lakon, kapai-kapai karya Arifin dan Badak-badak karya Ionesco, menunjukan penyimpangan terhadap konvensi penulisan lakon, dan ditulis dalam semangat derision. Pembahasan situasi sosial-budaya di masing-masing negara menunjukan titik kesamaan. Semangat yang sama dilatarbelakangi oleh pergantian rezim politik yang membawa perubahan dalam kehidupan sastra dan seni. Selain itu akibat pergantian situasi adalah timbulnya kebutuhan mendesak dari pihak perngarang untuk mengungkapkan semacam proses terhadap kehidupan pada umumnya, dan kehidupan seni dan sastra pada khususnya.