Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi karbon aktif
Main Authors: | Henny Setyaningsih, author, Add author: Setyo Sarwanto Mursidik, supervisor, Add author: Patimah Murwani, supervisor |
---|---|
Format: | Masters Bachelors |
Terbitan: |
Program Pascasarjana Universitas Indonesia
, 1995
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lontar.ui.ac.id/detail?id=81459 |
Daftar Isi:
- <b>ABSTRAK</b> Industri mempunyai pengaruh besar kepada lingkungan, karena mengubah sumber alam menjadi produk baru dan menghasilkan limbah produksi yang mencemari lingkungan. Limbah produksi bisa mencemarkan bahkan merusak lingkungan, baik untuk jangka waktu .yang pendek maupun untuk jangka waktu yang panjang. Karena itu, perlu diusahakan teknik dan cara produksi yang memperkecil bahkan meniadakan dampak negatif terhadap lingkungan dalam proses produksi yang menghasilkan produk sampingan. Untuk memudahkan pengendalian pencemaran industri, maka pemusatan industri pada kawasan industri akan sangat membantu. Air buangan bukanlah merupakan masalah yang baru di masa sekarang ini, tetapi meruapakan masalah yang telah ada sejak dulu. Namun, masih ada sebagian masyarakat yang belum atau tidak menyadari akan pengaruh negatif dari adanya pencemaran lingkungan. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya industri-industri dan perusahaan yang membuang air buangannya ke lingkungan sekitar dengan tidak memperhatikan akibat-akibat sampingan yang dapat ditimbulkan oleh air buangan tersebut. Limbah air yang berasal dari pabrik batik mengandung bahan buangan yang berupa zat warna yang berasal dari proses pencucian kain. Warna merupakan indikator pencemaran air yang sangat mudah terlihat. Pembuangan air limbah berwarna tidak hanya merusak estetika badan air penerima tapi juga meracuni biota air di badan air penerima. Di samping itu adanya warna yang pekat akan menghalangi tembusnya sinar matahari pada badan air, sehingga mempengaruhi proses fotosintesis di dalam air. Akibatnya oksigen yang dihasilkan pada proses fotosintesis yang dibutuhkan untuk kehidupan- biota air akan berkurang. Hal ini akan mengancam-kehidupan makhluk hidup yang ada di badan air tersebut. Hampir sebagian besar industri batik saat ini membuang air limbahnya langsung ke badan air penerima. Hal ini disebabkan karena belum diketahuinya cara pengolahan limbah yang tepat dan murah dan juga kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan masih rendah. Dengan adanya relokasi industri batik yang berasal dari pindahan industri batik Karet Setiabudi ke daerah Kompleks Industri Kerajinan batik di desa Pasirbolang Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, maka diperlukan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah. Dengan didapatkannya cara pengolahan yang tepat dan murah, pihak industri di samping merasa tidak dirugikan, juga limbah yang dikeluarkan sudah memenuhi baku mutu lingkungan. Untuk mendapatkan cara pengolahan limbah batik yang tepat dan murah, dilakukan percobaan laboratorium dengan mengambil sampel dari pabrik batik Gabatex di Palmerah. pengolahan limbah yang dipilih adalah dengan proses kimia dan fisik, hal ini karena tujuan utama dari pengolahan limbah batik adalah penghilangan warna dari limbah batik. Koagulan yang digunakan adalah FeSO4 dan Ca(OH)z. Dari percobaan yang dilakukan di laboratorium, didapat dosis optimum koagulan FeSO4 = 300 mg/1 dan Ca(OH)2 = 200 mg/l. Untuk nendapatkan pengolahan limbah yang paling tepat, dilakukan rangkaian percobaan pengolahan limbah : Koagulasi/flokulasi-sedimentasi, Koagulasi-flotasi, koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi dan proses adsorpsi Baja. Dari rangkaian percobaan tersebut, didapat hasil yang paling optimum adalah proses koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi, dengan persen pengurangan warna sebesar 100%. Untuk mengetahui jenis adsorben yang paling bagus, dilakukan percobaan secara batch terhadap jenis karbon aktif tempurung kelapa, karbon aktif sekam padi, karbon aktif batu bara lokal dan karbon aktif batu bara impor. Karbon aktif sekam padi dibuat sendiri di laboratorium, sedang jenis karbon aktif yang lain (tanpa merek dagang) didapat dari toko bahan kimia. Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan waktu kontak dan konsentrasi dari karbon yang digunakan. Pengurangan warna yang paling besar dicapai dengan menggunakan karbon aktif sekam padi yaitu sebesar 95,16%, sedangkan dengan tempurung kelapa hanya sebesar 75,81%. Untuk mendapatkan pembangunan unit pengolah limbah yang murah, dilakukan penbandingan antara sistem kelompok dan sistem individu. Dari perhitungan biaya pembuatan pengolahan limbah, didapat biaya yang paling murah, jika industri batik melakukan pengolahan secara berkelompok, yaitu didapat penghematan sebesar 24 juta. Angka ini didapat dari perhitungan total 4 pabrik bila melakukan pengolahan secara individu dan bila ke empat pabrik melakukan pengolahan secara berkelompok. <hr><i><b>ABSTRACT</b> Industrial waste can damage the environment in short-term and also in the long run. Finding a process of production engineering that produces a minimum of waste could prevent the negative effect of the development of industries. To control effluent from the industry easily, the centralization of the industry is very important. Effective water and waste management strategies enable us to decrease water consumption and pollution load of wastewater. This goal can be achieved by waste Wastewater problems have been very familiar for a long time but some people are not aware of its negative effect and they don't care about the environment. Their awareness of the environment still diminished. from the batik industries have the capability to decrease the quality of the environment. Color and heavy metals are the major concern in the wastewater from batik industries. The discharge of colored waste is not only damaging the aesthetic nature of the receiving stream, but it may also be toxic to aquatic life. In addition, color interferes with the transmission of sunlight into the stream and therefore reduces the photosynthetic process. Almost all batik industries discharge their waste directly into the stream. They don't have the knowledge of a proper and cheap wastewater treatment. With the batik industry relocation in Pasirbolang, Tigaraksa Tangerang, a proper and cheap wastewater treatment is needed. By this treatment, the industry will get some advantages, firstly they are not against the regulation and secondly their wastewater will not damage the environment. To get the optimum and effective treatment, wastewater is treated by a sequence of physico-chemical and adsorption processes. Samples are taken from the batik industry Gabatex at Palmerah. Usually, coagulation/flocculation is in favor as the first treatment step followed by adsorption treatment as the second step. A dose of 300 mg/l FeSO4 and 200 mg/1 Ca(OH)2 are used as coagulant. To compare the ability of removing color from batik industry effluents, experiments were run using sedimentation process, flotation process, sedimentation followed by adsorption process and adsorption process. A 100% removal of color from wastewater was achieved by sedimentation followed by adsorption process. Four types of carbon : rice husk activated carbon, imported activated carbon, local activated carbon and coconut shell activated carbon were tested. Using rice husks carbon, 95,18 % of the color can be removed, while coconut shell carbon removed 75,81 % of the color. The effect of contact time and concentration of activated carbon were also studied. The result from this experiment can be used in the "Kawasan Industri Kerajinan Batik" in desa Pasirbolang, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. The cost of the construction of the wastewater treatment plant using the cluster system was compared with that using the individual system. The cluster system consist of four or five plants depending on the amount of the plant in the "Kawasan Industri Batik". The cluster system is cheaper than the individual system, and also for the operating cost.</i>