Spekulasi deposito berjangka dalam valuta asing dan perubahan nilai tukar mata uang rupiah

Main Author: Johanes Saragih, author
Format: Masters Bachelors
Terbitan: , 1991
Subjects:
Online Access: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-7/20452829-T6655-Johanes Saragih.pdf
Daftar Isi:
  • <b>ABSTRAK</b><br> Pada saat nilai tukar Rupiah cenderung mengalami depresiasi, tingkat suku bunga deposito Rupiah yang relatif tinggi dibanding dalam valas belum memberikan kepastian bahwa masyarakat akan memilih deposito Rupiah. Pilihan ini masih dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan nilai tukar tersebut. Jika ekspektasi tersebut menyimpulkan bahwa tingkat depresiasi Rupiah ternyata lebih tinggi dibanding dengan selisih antara tingkat suku bunga deposito Rupiah dengan valas maka bagi masyarakat akan lebih menguntungkan memilih deposito valas. Jika ekspektasi tersebut menyimpulkan sebaliknya maka bagi masyarakat akan lebih menguntungkan memilih deposito Rupiah. <br><br> Dalam sistem nilai tukar Rupiah yang tetap (fixed exchange rate system) spekulasi deposito tersebut tetap berlangsung, namun sifatnya sangat diskrit. Kai tan perkembangan sebelumnya dengan sekarang dan masa datang seakan tidak ada. Keadaan ini tak ubahnya seperti sebuah grafik fungsi yang terputus-putus - namun erratic. Hal ini dimungkinkan karena begitu besarnya intervensi Pemerintah terhadap pengendalian nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing. Perilaku Pemerintah merupakan indikator pokok untuk memperkirakan perkembangan nilai tukar Rupiah di masa yang akan datang. Dalam sistim ini, peran mekanisme pasar tidak dominan dalam menentukan tingkat harga Rupiah terhadap satu satuan valuta asing tertentu. <br><br> Dalam sistem nilai tukar yang mengambang (managed floating), intervensi Pemerintah jauh dikurangi. Oleh karena itu mekanisme pasar semakin besar peranannya dalam menentukan harga Rupiah. Spekulasi yang melibatkan nilai tukar menjadi lebih dinamik dan lebih dapat digambarkan adanya saling keterkaitan antara perkembangan periode sebelumnya dengan sekarang dan yang akan datang. Dalam memperkirakan nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing tertentu, telah dapat dimanfaatkan berbagai variabel yang kepekaannya terhadap perkembangan pasar sangat besar seperti tingkat perubahan nilai tukar itu sendiri, tingkat suku bunga Rupiah, tingkat suku bunga valas, laju inflasi domestik dan luar negeri. Jika semua variabel ini dinyatakan dalam sebuah persamaan matematik maka akan diperoleh hubungan berikut : <br><br> it= (iFx + d +INFd) - (iRp + INFf) <br><br> Seandainya laju inflasi domestik (INFd) dianggap sama atau mungkin tidak dapat dibandingkan dengan laju inflasi di luar negeri tempat valas berasal (INFf), maka akan diperoleh kondisi berikut: IT= (iFx + d - iRp) dengan pola interaksi Variabel IT disebut juga differensial tingkat suku bunga. Masyarakat akan cenderung memilih deposito valas bilamana angka IT positif. Oleh karena itu kondisi nilai IT merupakan indikator langsung bagi masyarakat untuk menentukan pilihan apakah mendepositokan uangnya dalam valas atau Rupiah. <br><br> Jika nilai IT cenderung meningkat maka akan meningkatkan jumlah deposito valas masyarakat dalam bank. Sebaliknya, jika nilai IT mengecil maka insentif dari deposito valas akan turut mengecil sehingga mengalihkan pilihan masyarakat kepada deposito dalam Rupiah. <br><br> Pada Kondisi I digambarkan bahwa dalam keadaan dimana tingkat suku bunga deposito Rupiah lebih tinggi dibanding tingkat suku bunga deposito dalam salah satu valas dan pada saat yang sama ni lai tukar Rupiah terhadap valas tersebut cenderung mengalami apresiasi, maka deposito Rupiah akan lebih menguntungkan dibanding dalam valas. <br><br> Akan tetapi jika pada saat yang sama justru ter jadi depresiasi terhadap Rupiah, disini masyarakat menghadapi dua pi l ihan deposito Rupiah atau val as tersebut. Deposito Rupiah dipilih jika selisih tingkat suku bunga deposito Rupiah dan valas tersebut jauh lebih tinggi dibanding tingkat depresiasi Rupiah. Sebaliknya, masyarakat akan cenderung memilih deposito dalam valas jika selisih antar tingkat suku bunga tersebut lebih kecil dari tingkat depresiasi Rupiah. Dalam keadaan ini, depresiasi Rupiah merupakan disinsentif terhadap investasi deposito dalam Rupiah. <br><br> Sementara itu Kondisi II menggambarkan keadaan tingkat suku bunga yang berlawanan dengan Kondisi I di atas. Bi lamana tingkat suku bunga deposito Rupiah lebih rendah dibanding tingkat suku bunga dalam valas, dan pada saat yang sama nilai tukar Rupiah terhadap valas tersebut cenderung meningkat deposito (apresiasi), dalam valas maka masyarakat cenderung memilih jika selisih tingkat suku bunga dibanding tingkat apresiasi Rupiah. tingkat bunga tersebut lebih rendah tersebut lebih besar Namun jika selisih dibanding tingkat apresiasi Rupiah maka pilihan masyarakat cenderung jatuh pada deposito Rupiah. Bilamana terjadi depresiasi Rupiah dalam Kondisi II ini terhadap valas tersebut maka deposito yang dipilih adalah deposito dalam Rupiah. <br><br> Secara umum disimpulkan bahwa tiap pi l ihan jatuh pada deposito Rupiah, maka tanda variabel IT senantiasa negatif. Jika tanda IT adalah positif ini merupakan indikasi adanya insentif yang lebih besar yang bisa diperoleh masyarakat jika melakukan investasi dalam deposito valas. <br><br> Kondisi I lebih relevan bagi perekonomian Indonesia sebagaimana dijelaskan berikut ini. Mengingat tingkat ketidakpastian (uncertainty) dalam perekonomian Indonesia secara umum masih lebih tinggi dibanding negara pembanding dalam studi ini, maka tingkat resiko investasi di Indonesia pun menjadi relatif lebih tinggi. Karena tingkat suku bunga merupakan cermin sebagian dari tingkat resiko tersebut (high risk-high return, low risk-low return) maka otomatis tingkat suku bunga di Indonesia senantiasa cenderung lebih tinggi